Senin, 27 Mei 2024

Polisi Periksa 9 Saksi dalam Kasus Siswi SD di Lamongan yang Pankreasnya Robek

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Ilustrasi. Grafis: suarasurabaya.net

Sembilan saksi diperiksa Polres Lamongan dalam kasus meninggalnya ASR (12) siswi SD di Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan akibat jatuh didorong oleh temannya hingga pankreasnya pecah.

AKP I Made Suryadinata Kasat Reskrim Polres Kabupaten Lamongan menyatakan sembilan saksi yang diperiksa itu terdiri dari siswa, pihak sekolah, hingga orangtua.

“Meliputi saksi pelajar, orang tua wali murid dan juga dari pihak sekolah,” kata I Made dikonfirmasi Senin (6/5/2024).

Dari hasil pemeriksaan itu, para saksi siswa memberikan pernyataan yang sama. Bahwa korban terjatuh di lantai dalam keadaan tengkurap sesudah menghindari salah satu temannya (terlapor) yang mengajak bercanda. Namun belum sampai ada kontak fisik antara keduanya.

“Para saksi anak yang ada di TKP membenarkan yang disampaikan terlapor bahwa terlapor belum sampai memukul korban,” tuturnya.

I Made melanjutkan. “Serta korban terpeleset di lantai dari cor dalam keadaan terjatuh tengkurap lalu ditolong para terlapor bersama wali kelas, dan dibawa ke Puskesmas,” imbuhnya.

Kasat Reskrim Polres Lamongan itu menyatakan, pihaknya masih terus melakukan penyidikan untuk mengungkap kasus ini. Sehingga penyidikan masih berlangsung.

“Kita masih mencari titik terang, serta melakukan penyelidikan lebih lanjut,” ucapnya.

Sekadar diketahui, kasus ini sudah terbit laporan polisi dengan nomor LP: LP-B/137/V/2024/SPKT/POLRES LAMONGAN/POLDA JAWA TIMUR, pada Kamis (2/5/2024) pukul 13.00 WIB.

Diberitakan sebelumnya, ARS (12) bocah Kelas 6 SD di Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan meninggal dunia karena pankreasnya robek diduga akibat jatuh didorong oleh temannya waktu di sekolah sebelum upacara bendera.

Chresa Sulistiana (35) ibu korban mengutarakan, peristiwa yang tak ia duga itu terjadi pada Senin (19/2/2024) sekitar pukul 07.00 WIB. Pada saat itu tiba-tiba, ponsel milik Chresa berbunyi. Menunjukkan panggilan dari wali murid anaknya.

“Awalnya kejadiannya di sekolah, tanggal 19 Februari 2024, sekitar jam 07.00 WIB. Saya ditelpon wali muridnya dikabarin anak saya jatuh. Tapi sudah dibawa ke puskesmas,” katanya dihubungi suarasurabaya.net, Jumat (3/5/2024).

Wanita usia 35 tahun itu pun langsung menuju ke puskesmas tempat anaknya dirawat. Di sana, ia bertemu dengan wali kelas dan anak yang mendorong putrinya itu.

Chresa langsung menanyakan kronologi yang menimpa anaknya itu kepada wali kelas tersebut. Sebab korban mengalami luka goresan di bagian perut dan sesak napas. Namun gurunya menyebut, kejadian ini akibat bercandaan anak biasa.

“Ini anak saya kenapa kok jatuh sampai seperti ini. Anak saya pegang dan napasnya sesak,” kata ibu korban.

Ketika itu, kata Chresta, putrinya mencoba menghindar saat diajak bercanda dengan terduka pelaku. Korban berlari, tapi kemudian pelaku mendorongnya hingga badan korban terjatuh membentur keramik.

“Lalu wali muridnya bilang: biasa mbak, anak-anak bercanda. Saya pikir bercanda kok sampai lihat di perutnya sampai ada goresan babras (di perut). Saya kira bercandanya model apa. Kalau bercanda ya setahu saya mencairkan suasana. Dan kalau udah ada babras gitu, bukan bercanda lagi namanya,” imbuhnya. (wld/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Kurs
Exit mobile version