Jumat, 14 November 2025

BMKG Prakirakan 26 Kecamatan di Surabaya Alami Puncak Hujan di Januari, 5 Kecamatan Sisanya di Februari

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
(kiri) Irvan Widiyanto Kepala BPBD Kota Surabaya bersama Taufiq Hermawan Kepala BMKG Juanda (kanan) saat mengikuti Talkshow Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya, Jumat (14/11/2025). Foto: M. Irfan Azhari Mg suarasurabaya.net

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memprakirakan puncak musim hujan di Kota Surabaya pada awal tahun 2026 mendatang, akan terbagi menjadi dua fase.

Dari total 31 kecamatan di Kota Pahlawan, sebanyak 26 kecamatan diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada bulan Januari, sementara lima kecamatan lainnya baru akan memasuki puncak musim hujan pada bulan Februari.

Hal ini disampaikan oleh Taufiq Hermawan Kepala BMKG Juanda dalam program Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya, Jumat (14/11/2025). Kata Taufiq, prediksi itu berdasarkan data klimatologi 30 tahun terakhir yang menunjukkan perbedaan waktu puncak hujan antarwilayah di Surabaya.

“Puncak musim hujan untuk Surabaya itu terbagi menjadi dua wilayah ya. Itu di Januari itu sebagian besar Surabaya Timur dan Surabaya Pusat. Ini Januari 2026. Januari itu mulai Asemrowo hingga Sukolilo, kemudian Dukuh Pakis, Wiyung, Karangpilang sampai ke Timur itu masuk wilayah yang puncak musim hujannya ada di bulan Januari,” jelasnya.

Sedangkan untuk lima kecamatan lain, yakni Pakal, Benowo, Tandes, Sambikerep, dan Lakarsantri, puncaknya terjadi lebih lambat di Bulan Februari.

“Memang ada tinjauan klimatologi yang kami hitung untuk wilayah Surabaya. Sehingga wilayah Surabaya ada dua bulan puncak musim hujannya,” ucapnya.

BMKG juga memberi gambaran bahwa pada periode puncak musim hujan nanti, durasi dan intensitas hujan akan meningkat. Selain itu, lanjut Taufiq, juga ada potensi cuaca ekstrem yang berpeluang menimbulkan adanya fenomena hujan es.

“Hujan es memang terjadi di beberapa kecamatan di Surabaya ya tahun musim hujan yang lalu. Tidak menutup kemungkinan tahun ini terjadi. Kemungkinannya itu ada di Rungkut, di daerah Lakarsantri, Asemrowo. Ini prediksi kami karena jika di tiga kecamatan tadi pembentukan awan CB itu over shooting top, awan CB-nya itu sangat menjulang, sehingga kemungkinan terjadi hujan es disertai angin puting beliung cukup signifikan,” jelasnya.

Respon dan Kesiapsiagaan Pemkot Surabaya

Mendengar pemaparan BMKG, Irvan Widyanto Kepala BPBD Kota Surabaya pada kesempatan yang sama mengatakan, informasi tersebut akan langsung diteruskan ke seluruh tim lapangan, termasuk relawan dan perangkat wilayah.

Dia mengatakan kesiapsiagaan baik dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya besama-sama masyarakat sudah dilakukan lewat upaya antisipasi. Salah satu fokus yang sudah berjalan adalah normalisasi saluran dan sungai, terutama di titik-titik yang selama ini menjadi langganan genangan.

Irvan Widiyanto Kepala BPBD Kota Surabaya saat talkshow Program Semanggi Surobowo di Radio Suara Surabaya, Jumat (14/11/2025). Foto: M. Irfan Azhari Mg suarasurabaya.net

Dia mencontohkan, salah satu normalisasi yang sudah dilakukan yaitu normalisasi Sungai Kalianak. Sungai itu sebelumnya disebut mengalami penyempitan akibat adanya bangunan liar, yang kemudian menyumbat salurannya.

Tapi, sejak dilakukan normalisasi di sana, Irvan mengklaim kalau masyarakat setempat sudah merasakan dampaknya.

“Syukur alhamdulillah ternyata ketika hujan kemarin masyarakat itu benar-benar merasakan manfaatnya bahwa before and after-nya itu loh ketika ini sudah dinormalisasi. Ada dampaknya luar biasa,” katanya.

Selain normalisasi sungai, Irvan menegaskan kalau Pemkot Surabaya juga sudah menyiagakan petugas di 50 titik rawan bencana, seperti pohon tumbang dan lain sebagainya.

“Beliau (Wali Kota Surabaya) menyiapkan kita diminta untuk siaga di 50 ruas jalan. Itu dikomandani oleh Kasatpol PP bersama-sama dengan Dishub (dinas perhubungan) bersama DLH (dinas lingkungan hidup) dan DSDABM (dinas sumber daya air dan bina marga). Jadi ketika terjadi hujan lebat terus-menerus maka petugas pengamanan langsung menuju ke jalan itu untuk membantu warga, misal kendala mogok kendaraan,” tuturnya.

Dia kembali mencontohkan, respon cepat penanganan pohon tumbang seperti yang terjadi di Jalan Sulawesi beberapa waktu lalu selesai kurang lebih 10 menit.

“Seperti yang baru-baru ini di Jalan Sulawesi itu kita tidak sampai hitungan lebih dari 10 menit ya. Kita langsung karena itu jalan besar, kemudian (pohon yang rubuh) juga melintang di jalan,” bebernya.

Selain mitigasi bencana hidrometeorologi, BPBD juga menyisir risiko bencana non-alam, seperti ambruknya bangunan. “Yang kita sisir bukan hanya sekolah. Kita sisir juga semua bangunan-bangunan bertingkat, perkantoran, sekolah, industri dan lain sebagainya,” ujarnya.

Begitu juga dengan bangunan seperti pesantren, kata Irvan, BPBD juga mulai melakukan mitigasi di 181 pondok pesantren di Surabaya.

“Mulai hari ini kita mendatangi atau berjanjian dengan pondok pesantren yang ada di Surabaya. Total ada 181 pondok pesantren. Ini pun kita lakukan sosialisasi dan mitigasi,” pungkasnya. (bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Jumat, 14 November 2025
32o
Kurs