Rabu, 12 November 2025

Dinas Pendidikan Jatim Tegaskan Peran Guru BK Pantau Kesehatan Mental Siswa

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi Guru dan Murid. Foto: iStock

Insiden ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta pada Jumat (7/11/2025) kembali menyoroti pentingnya sistem pengawasan dan pendampingan bagi pelajar.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menekankan perlunya penerapan early warning system atau sistem deteksi dini di sekolah dan komunitas untuk mencegah terjadinya kasus yang melibatkan anak dan remaja.

Sistem ini menitikberatkan pada penguatan peran guru, khususnya Guru Bimbingan dan Konseling (BK), agar lebih proaktif memantau kondisi sosial emosional siswa. Pelatihan bagi guru dan siswa sebaya menjadi salah satu strategi penting untuk mengenali tanda-tanda depresi, stres, atau perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.

Mustakim Kepala UPT Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (TIKP) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, menyoroti pentingnya pengawasan yang menyeluruh.

“Kami menyampaikan keprihatinan atas insiden ini. Kasus ini menjadi alarm terkait perubahan hubungan anak dan orang tua di rumah, serta interaksi siswa dengan guru di sekolah,” ujarnya dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Rabu (12/11/2025) pagi.

Menurut Mustakim, peran orang tua tetap krusial meski guru hanya menemani anak sekitar 40 jam per minggu dari total 144 jam.

“Artinya, anak-anak menghabiskan sekitar 70 persen waktunya di rumah dan lingkungan sosial. Ini bukan soal kegagalan orang tua, tetapi terkait pengawasan dan pendampingan yang harus dilakukan bersama-sama, antara sekolah dan keluarga,” jelasnya.

Dalam upaya mengantisipasi masalah psikologis siswa, Jawa Timur telah meluncurkan platform bernama “DEKAP” pada 5 Agustus 2025 lalu. “DEKAP” merupakan singkatan dari Dengar, Empati, Kenali, Arahkan, dan Peduli.

Platform ini dirancang untuk membantu guru BK memantau kondisi mental siswa, mengidentifikasi minat dan bakat, serta memberikan pendampingan yang tepat.

Setelah peluncuran, sosialisasi “DEKAP” telah dilakukan di sekitar 1.600 sekolah melalui kegiatan daring maupun luring. Dinas Pendidikan Jawa Timur juga rutin mengadakan pelatihan dan workshop bagi guru BK untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam mendampingi siswa menghadapi berbagai masalah psikologis.

Mustakim menekankan bahwa kesehatan mental anak tidak muncul secara tiba-tiba. “Pengaruh konten media dan tayangan kekerasan sudah ada sejak lama. Namun kini penyebarannya lebih masif dan mudah diakses oleh anak-anak maupun orang dewasa, sehingga memengaruhi perkembangan kepribadian siswa,” ujarnya.

Pendampingan di sekolah dilakukan melalui ruang konsultasi dan layanan curhat yang memudahkan siswa membahas masalah akademik, bullying, hingga persoalan keluarga. “Guru BK bukan hanya hadir untuk anak bermasalah, tetapi juga untuk mendukung siswa yang ingin mengembangkan diri atau merencanakan karier,” tambah Mustakim.

Platform “DEKAP” dilengkapi fitur-fitur penting, antara lain: skrining psikologi, konseling 24 jam, pengembangan minat dan bakat, serta akses ke konten edukatif. Hal ini memungkinkan guru BK memberikan layanan yang lebih personal dan intensif.

“Dengan pendekatan ini, stigma ruang BK sebagai tempat ‘anak bermasalah’ mulai berubah. Sekarang ruang BK ramai dikunjungi anak-anak dengan wajah ceria,” kata Mustakim.

Selain itu, program ini juga mendorong guru BK untuk aktif masuk ke kelas, berinteraksi langsung dengan siswa, dan menggunakan berbagai strategi pembelajaran untuk mendukung kesejahteraan mental serta perkembangan akademik mereka.

Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi dan pendekatan yang proaktif dapat membuat pendampingan siswa lebih efektif dan menyeluruh.

Dari sisi kebijakan, Dinas Pendidikan Jawa Timur terus memperkuat peran guru BK melalui program pelatihan intensif, workshop, dan pemanfaatan platform digital. Semua ini bertujuan membekali guru agar mampu mendeteksi potensi masalah lebih awal dan memberikan solusi tepat, sehingga siswa dapat tumbuh secara sehat baik secara akademik maupun psikologis.

Langkah ini diharapkan dapat menjadi model bagi sekolah lain di Indonesia untuk menerapkan sistem deteksi dini yang efektif. Dengan pengawasan yang terpadu antara guru, orang tua, dan masyarakat, diharapkan kasus-kasus serupa dapat diminimalkan, dan kesehatan mental anak tetap terjaga. (saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Rabu, 12 November 2025
31o
Kurs