Selasa, 29 Juli 2025

Dokter THT Paparkan Risiko Gangguan Pendengaran Akibat Suara Keras

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi - sound horeg. Foto: instagram sound_horeg_malang

Dokter (dr.) Luthfi Ari Wibowo Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) dari Universitas Indonesia (UI) menguraikan langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan untuk mengurangi jika terpapar suara yang keras untuk mengurangi dampak negatifnya.

“Jika sudah terlanjur terpapar terutama pada lansia atau bayi, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menutup telinganya, minimal pakai jari atau pakai earplug yang lebih proper,” kata Luthfi, Jumat (25/7/2025) dilansir Antara.

Luthfi mengatakan paparan suara yang sangat keras seperti dari speaker sound horeg bisa langsung merusak sel-sel rambut halus di koklea atau rumah siput.

Koklea berfungsi sebagai pengatur penerimaan suara, jika terpapar suara yang sangat keras, ia mengibaratkan seperti mendengar suara ledakan dari jarak dekat atau setara dengan lebih dari 120 desibel.

Luthfi menjelaskan suara keras bisa menyebabkan trauma akustik yang akut yang disertai dengan nyeri, telinga berdenging atau tinitus, hingga pengurangan pendengaran mendadak.

“Ini biasanya irreversible (tidak bisa dikembalikan) fungsinya terutama bila intensitasnya sangat tinggi dan tanpa pelindung telinga,” kata Luthfi.

Lebih lanjut, Luthfi juga menyarankan sebaiknya menjauhkan diri dari area sumber suara yang keras sejauh satu sampai dua meter untuk menurunkan intensitas suara secara signifikan.

Ia menjelaskan, paparan suara keras dalam waktu lama seperti pada konser, mendengar sound horeg dari jarak dekat atau berada di klub malam lebih dari dua jam, dengan intensitas suara yang dihasilkan setara sekitar 90-110 desibel bisa menyebabkan pendengaran terasa berkurang sementara dan berdenging (tinitus).

Jika dilakukan secara berulang efeknya bisa menjadi permanen, menyebabkan menurunnya ambang dengar seseorang seiring dengan waktu.

Ia juga mengatakan jika ada bayi di area tersebut, segera jauhkan dari lokasi, atau jika memungkinkan bisa memakai penutup telinga seperti earplug atau eramuffs untuk bayi.

“Setelah paparan (sound horeg) muncul gejalanya seperti denging, rasa penuh, pengurangan pendengaran muncul setelah mendengar itu langsung konsul ke dokter THT,” saran Luthfi.

Beberapa di antara tanda jangka panjang dari paparan suara keras secara terus menerus antara lain telinga berdenging untuk waktu yang lama dan kesulitan memahami percakapan terutama dilingkungan bising.

Selain itu ada gangguang keseimbangan jika muncul kerusakan di area pusat keseimbangan telinga atau di Vestibular. Luthfi juga menekankan dampak ini sifatnya progresif dan tidak bisa dikembalikan, karena sel rambut koklea tidak bisa beregenerasi sendiri.(ant/dis/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Selasa, 29 Juli 2025
26o
Kurs