
Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menyebut, pemerintah perlu untuk membangun pagar laut di kawasan pesisir Wonorejo sebagai penghalang sampah plastik yang masuk ke ekosistem pesisir.
Alaika Rahmatullah Koordinator Audit Sampah Ecoton mengatakan, langkah itu perlu dilakukan setelah pihaknya masih menemukan banyak sampah di kawasan pesisir Wonorejo, serta mengangkut sekitar 800 kilogram sampah plastik.
“Pemerintah segera membangun pagar laut sebagai penghalang sampah plastik masuk ke ekosistem pesisir dan lindungi mangrove dari jeratan sampah plastik,” katanya, Senin (28/7/2025).
Ia menyebut, masih banyak pohon mangrove yang batang hingga akarnya terjerat sampah plastik.
Kondisi itu, menurutnya, menghambat pertumbuhan tanaman dan mengancam keseimbangan ekosistem pesisir.
Sampah yang memenuhi pesisir Wonorejo didominasi oleh kresek, stirofoam, sedotan, dan sachet.
Hasil audit sampah menunjukkan dominasi sampah plastik unbrand sebanyak 55 persen, sisanya sampah plastik brand berasal dari produsen-produsen besar.
Dengan kondisi itu, ia mengatakan bahwa target pengurangan sampah plastik sebesar 70 persen sesuai Perpres No.83/2018 tentang penanganan sampah laut tidak tercapai akibat kebocoran sampah dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang terus mengalir ke wilayah pesisir.
“Sampah ini menyebabkan stres pada tanaman dan berujung pada kematian sejumlah pohon mangrove,” ucapnya.
Ia menyebut, daur ulang bukan solusi utama penyelesaian sampah plastik di mangrove, apalagi berdasarkan laporan dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) 2022 hanya sekitar sembilan persen dari total sampah plastik global yang benar-benar berhasil didaur ulang.
Sisanya, berakhir di TPA, dibakar, mencemari ekosistem laut dan darat.
“Rendahnya tingkat daur ulang plastik disebabkan oleh tidak semua jenis plastik dapat didaur, terutama kemasan multilayer seperti sachet,” ujarnya.
Ia menegaskan, sampah plastik yang bisa berubah menjadi mikroplastik telah mencemari rantai makanan laut dan membahayakan kesehatan manusia, bahkan sudah ditemukan dalam tubuh manusia, seperti darah dan plasenta.
“Mikroplastik dapat menumpuk di organ tubuh dan memicu peradangan kronis, gangguan imun, serta membawa zat berbahaya seperti BPA dan logam berat. Paparan jangka panjangnya dikaitkan dengan gangguan hormon, penurunan kesuburan, dan risiko terhadap sistem saraf,” jelasnya.
Selain mendorong pembuatan pagar laut untuk melindungi ekosistem, Ecoton juga menekankan pentingnya optimalisasi pengelolaan sampah di hulu, khususnya disepanjang DAS brantas untuk mencegah limpasan sampah ke wilayah pesisir.
Lebih lanjut, juga harus ada larangan terhadap plastik sekali pakai dan jenis plastik tertentu seperti kresek hingga sachet multilayer.
Kemudian, produsen juga harus menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR) secara ketat, termasuk tanggung jawab atas pengumpulan dan pemulihan dampak lingkungan.
Seluruh upaya itu menurutnya, perlu didorong dengan penguatan kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, dan produsen dalam program pengurangan plastik sekali pakai. (ris/saf/ipg)