
Prof Dr Esti Yunitasari guru besar Universitas Airlangga (Unair) bidang Ilmu Keperawatan Maternitas menyebut ketidaksetaraan gender mempengaruhi tingginya angka kematian ibu (AKI)di Indonesia.
Esti memaparkan data terbaru yang menunjukkan bahwa AKI di Indonesia sebanyak 189 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
“Indonesia perlu menurunkan AKI lebih dari 50 persen untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) sebesar 70 per 100.000 kelahiran,” ungkapnya saat memberikan pidato pengukuhan, Kamis (24/4/2025).
Target tersebut, lanjut Esti, bisa dicapai dengan peningkatan cakupan dan kualitas asuhan antenatal care (ANC).
Meski begitu, untuk mulai menerapkan ANC, pihaknya mengatakan Indonesia masih harus melewati sejumlah tantangan. Seperti, kurangnya akses layanan kesehatan, pernikahan dini, kekerasan berbasis gender, stigma sosial, dan infrastruktur yang tidak memadai untuk perempuan.
“Ketimpangan gender seringkali berasal dari budaya. Sehingga, perawat yang peka tidak hanya mengikuti budaya saja, tetapi juga harus mampu mengedukasi dengan bijak jika praktik budaya membahayakan kesehatan ibu hamil. Dengan begitu layanan ANC bisa menjadi jalan masuk untuk memberdayakan perempuan tanpa mengabaikan nilai lokal,” jelasnya.
Esti melanjutkan, ketidaksetaraan gender dan sikap diskriminatif dalam sistem kesehatan masih jadi hambatan utama dalam kualitas perawatan maternitas.
“Sehingga, pemberdayaan perempuan melalui peningkatan akses pendidikan, kesehatan, dan hak-hak reproduksi menjadi langkah kunci dalam menurunkan AKI,” tambahnya.
Selanjutnya yang tidak kalah penting, kata Esti, adalah kualitas tenaga kesehatan (nakes). Nakes yang sensitif terhadap isu gender dinilai akan menjadi agent of change dalam penurunan AKI.
Penyelesaian angka AKI dengan pendekatan kesetaraan gender, menurut Prof Esti akan melibatkan banyak pihak. Karena ini, bukan hanya tentang hak perempuan melainkan tanggung jawab bersama.
“Menurunkan angka AKI bukan hanya soal medis, tetapi juga soal keadilan sosial dan kesetaraan gender. Dengan perempuan yang memiliki akses, kontrol, partisipasi, dan dukungan yang setara dalam aspek kesehatan reproduksi, AKI dapat ditekan secara signifikan,” tandasnya.(kir/rid)