Selasa, 11 November 2025

Kampanye TOSS TBC di CFD Tunjungan, Pemerintah Ajak Hilangkan Stigma dan Berobat Tanpa Putus

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Emil Elestianto Dardak (5 dari kiri) Wakil Gubernur Jatim bersama Prof. Sukardiono (sebelah kiri Emil) Deputi II Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK dalam Kick-Off Kampanye Temukan, Obati, Sampai Sembuh Tuberkulosis (TOSS TBC) di area Car Free Day (CFD) Jalan Tunjungan, Surabaya, Minggu (9/11/2025). Foto: Billy suarasurabaya.net

Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) bersama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) pagi ini, Minggu (9/11/2025), menggelar Kick-Off Kampanye Temukan, Obati, Sampai Sembuh Tuberkulosis (TOSS TBC) di area Car Free Day (CFD) Jalan Tunjungan, Surabaya.

Dalam acara yang turut dihadiri mulai Prof. Sukardiono, Deputi II Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK, Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur (Wagub) Jatim, Erwin Ashta Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jatim hingga pejabat lainnya itu, masyarakat diajak untuk meningkatkan kesadaran terhadap penyakit menular yang masih menjadi ancaman kesehatan global tersebut.

Selain meningkatkan kesadaran, masyarakat juga diajak untuk menghapus stigma negatif kepada para para penyintas TBC. Karenanya, dalam acara tersebut turut dihadirkan lima perwakilan penyintas TBC yang diberikan sertifikat telah mengikuti pengobatan sampai sembuh.

Sertifikat itu diserahkan Emil Elestianto Dardak Wagub Jatim langsung kepada kelima orang tersebut. Pada kesempatan itu, Emil menegaskan bahwa pasien yang sudah berobat hingga sembuh tidak lagi menularkan penyakitnya.

“Hari ini tadi kita sudah ketemu lima perwakilan yang sudah berobat TBC dan diserahkan bahwa mereka sudah sembuh. Ada sertifikatnya. Tujuannya apa? Supaya enggak ada lagi nih pikiran aneh-aneh bahwa ‘oh TBC itu gimana, kayaknya takut sama TBC’,” ujar Emil.

Kampanye Temukan, Obati, Sampai Sembuh Tuberkulosis (TOSS TBC) di area Car Free Day (CFD) Jalan Tunjungan, Surabaya, Minggu (9/11/2025). Foto: Billy suarasurabaya.net

Dia melanjutkan, stigma dan rasa takut akan TBC selama ini justru membuat para penderita enggan berobat. Akhirnya stigma itu justru turut meningkatkan risiko kematian.

“Karena kenyataannya, kalau kita justru mengabaikan TBC, sungkan, takut, atau segan untuk berobat, itulah angka kematiannya lebih tinggi loh daripada Covid-19,” ujarnya.

Data dari Dinas Kesehatan Jatim, saat ini telah ditemukan 62 persen kasus TBC dari skrining yang dilakukan. Pemerintah pun menarget angka itu bisa menjadi 90 persen kedepannya.

Karenanya, ia menyambut baik pelaksanaan TOSS TBC di acara CFD ini, mengingat dalam kegiatan tersebut, disediakan pula pemeriksaan gratis sehingga masyarakat yang berkegiatan di sana bisa memanfaatkan layanan tersebut.

Ia menambahkan, dari estimasi Kementerian Kesehatan, Jawa Timur saat ini telah menemukan sekitar 62 persen kasus TBC, dan pemerintah menargetkan angka itu bisa naik menjadi 90 persen.

Meski demikian, Emil pada kesempatan itu tetap menegaskan kalau yang terpenting adalah konsistensi dalam pengobatan. Dia juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam membantu pasien TBC agar tetap produktif selama masa pengobatan.

“Saya juga sudah minta kalau misalnya ada warga yang mikir, ‘Aduh Pak, kalau saya berobat TBC nanti pekerjaan saya terganggu,’ nah itu tugas pemerintah ikut mikirin. Gimana warga kita yang sedang berobat TBC tidak terganggu masalah pencahariannya,” tegasnya.

Dalam kegiatan itu juga diperkenalkan E-Tibi, sebuah platform skrining mandiri berbasis digital. Emil menjelaskan, masyarakat bisa melakukan pemeriksaan awal hanya dengan mengisi data dan menjawab beberapa pertanyaan di situs E-Tibi.

Jika hasil skrining menunjukkan indikasi TBC, warga bisa langsung mendatangi fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lanjutan.

“E-Tibi itu bisa seperti website ya. Jadi ini screening mandiri, tinggal masukin identitas saja, pertanyaan-pertanyaan akan muncul untuk diisi, langsung ketahuan kemungkinannya. Jadi dia bisa ngecek ke dirinya sendiri tanpa perlu khawatir,” ujar Emil.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Sukardiono, Deputi II Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK mengingatkan bahwa TBC merupakan penyakit yang berisiko tinggi dan bahkan lebih mematikan dibanding Covid-19.

“Kita ini prihatin, dari posisi nomor tiga (dunia) kemudian menjadi nomor dua. Artinya penemuan kasus di Indonesia semakin meningkat. Rata-rata ada 1.090.000 kasus per tahun,” ujar Sukardiono.

Menurutnya, saat ini Indonesia berada di peringkat kedua dunia untuk jumlah kasus TBC terbanyak setelah India. “Kalau dihitung, ada empat kematian per jam akibat TBC. Angka ini justru lebih tinggi dibanding Covid,” tegasnya.

Pemerintah, lanjutnya, menargetkan penurunan kasus TBC hingga 50 persen pada tahun 2030, atau dari 387 kasus per 100 ribu penduduk menjadi 65 per 100 ribu penduduk.

“Maka Kemenko PMK bersama Kementerian Kesehatan menggencarkan kampanye TOSS TBC: Temukan, Obati, Sampai Sembuh, agar masyarakat paham bahwa TBC bisa disembuhkan,” jelasnya.

Sukardiono menekankan pentingnya disiplin dalam pengobatan agar pasien tidak mengalami resistensi obat. “TBC itu kalau diobati secara teratur dua minggu saja sudah enggak menular lagi, dan satu bulan itu sudah efektif. Tapi pengobatannya memang harus dijalani enam bulan penuh,” katanya.

Ia menegaskan, pasien TBC tidak boleh berhenti di tengah jalan. “Enggak boleh putus pengobatannya. Karena kalau putus, bisa jadi TBC resisten obat. Justru makin susah disembuhkan dan waktunya lebih lama,” tegasnya. (bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Selasa, 11 November 2025
28o
Kurs