Dr. Setiasih, M. Kes., Psikolog Kepala Laboratorium Psikologi Perkembangan Ubaya menyebut, orang-orang lanjut usia (lansia) rawan mengalami depresi seiring usia yang terus menua sementara banyak aktivitas sosial sudah berkurang.
Menurutnya, depresi, berbeda dengan kesedihan biasa yang terjadi akibat berbagai pemicu dan beralasan. Sementara depresi berlangsung cukup lama, terkadang tidak disadari oleh orang yang bersangkutan juga lingkungannya.
“Pada lansia, sebenarnya itu terjadi secara alamiah. Karena bisa berkait dengan faktor kepribadian, karakteristik lansia sangat tertutp, pasif, itu terkait kemunduran psikis, kognisi, sosial, itu kan berkurang,” ungkapnya saat mengudara di program Wawasan Radio Suara Surabaya, Selasa (18/11/2025).
Lansia, lanjutnya, cenderung punya banyak waktu untuk merefleksikan diri. Namunz kurangnya interaksi sosial, atau lansia yang lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri justru menjadikan refleksi membuat mereka nelangsa.
“Membuat mereka refleksi itu melihat kok sekarang begini enggak berdaya? Apalagi kalau masalah kesehatan. Misalnya relasi dengan anak perhatiannya minim juga. Lansia itu nelangsa,” paparnya.
Sebagai makhluk sosial, dia menilai lansia juga membutuhkan orang lain. Perlu pembiasaan pola interaksi yang baik dalam keluarga, agar anak muda dan orang tua tetap bisa saling menyampaikan masukan atau keinginan.
Maka dari itu, Dokter Setiasih mendorong anak muda mulai belajar memperhatikan lansia yang cenderung memiliki sensitifitas perasaan yang tinggi. Dia bilang, secara umum kepedulian terhadap lansia mulai banyak ditemukan.
“Semua orang-orang muda harus mulai belajar memperhatikan. Memperhatikan itu kan kata dasarnya hati. Kalau ada hati di situ berarti ada sesuatu yang diberikan perhatian. Hatiku ada untukmu. Orang tua kerasa banget kalau diperhatikan. Sensitifitasnya tinggi,” paparnya.
Sementara untuk lansia, dia berpesan agar selalu menjaga cara pandang positif, karena pada dasarnya manusia mayoritas memiliki cara pandang negatif. Sehingga, menjaga cara pandang positif sangat penting supaya tidak mudah terjebak pada masalah.
“Berpikir negatif itu akan membuat semakin terpuruk, tidak bersemangat,” ujarnya.
Peneliti di Center for Aging Wellness Ubaya itu juga menyebut, perhatian pada lansia penting menjelang bonus demografi 2045 mendatang. Di mana orang berusia lanjut termasuk dalam aset yang harus dijaga.
“Tapi, perhatian dan juga kontribusi atau pemberdayaan lansia nampaknya kurang optimal. Selain juga untuk mempersiapkan lansia yang sehat kemudian awareness ke orang muda untuk aware bahwa mereka nanti ada masanya menuju lansia. Mereka juga bisa berkolaborasi dengan orang tua atau lansia di sekitarnya,” tandasnya.(lta/rid)
NOW ON AIR SSFM 100
