
Palestina mendesak jurnalis dan asosiasi kewartawanan sedunia untuk bersuara dan bertindak melindungi wartawan Palestina serta melawan upaya Israel mendelegitimasi kerja para jurnalis.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Palestina, pada Selasa (12/8/2025), menyebut Israel “pembunuh wartawan paling berbahaya” karena 230 jurnalis di Gaza telah menjadi korban kebiadaban mereka.
“Kebijakan kriminal Israel bertujuan membunuh semua saksi mata genosida yang mereka lakukan dan mengubur semua bukti kejahatan mereka,” kata Kemlu Palestina di platform X, dilansir dari Antara.
Rezim Zionis Israel disebut telah membunuh para jurnalis dengan kejam sebagai balas dendam terhadap pihak-pihak yang menyampaikan kebenaran.
Menurut Palestina, langkah Israel yang sengaja mengincar wartawan juga menunjukkan bahwa upaya pembersihan etnis di Palestina adalah tindakan “jangka panjang dan sistematis.”
Palestina mendesak jurnalis di seluruh dunia untuk tidak ikut menyebarkan narasi kebohongan dan propaganda Israel serta menolak upaya dehumanisasi dan delegitimasi jurnalis Palestina.
“Tak ada jurnalis yang boleh terlibat dalam penghasutan dan pembunuhan jurnalis lain,” kata Kemlu Palestina.
Palestina juga memuji para wartawan yang teguh menjalankan tugas jurnalistiknya dengan profesionalisme tinggi dan komitmen terhadap kebenaran meski menghadapi situasi yang amat buruk.
“Mereka adalah pahlawan yang seharusnya dihormati, bukan dihina,” lanjut Kemlu Palestina.
Daftar wartawan yang dibunuh Israel semakin panjang setelah empat jurnalis Al Jazeera tewas dalam serangan roket pasukan Israel pada Minggu (10/8/2025), menurut laporan Xinhua.
Anas Al Sharif dan Mohammed Qreiqeh serta juru kamera Ibrahim Zaher dan Mohammed Noufal, tewas setelah Israel menyerang tenda mereka di depan RS Al Shifa di Kota Gaza. Selain empat jurnalis, seorang warga Palestina juga tewas dalam serangan itu.(ant/dis/lta)