Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyebut, baru punya 81 rumah pompa hingga akhir 2025 untuk penanganan banjir. Padahal, kebutuhannya kurang lebih ada 150 rumah pompa.
Syamsul Hariadi Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya menyebut,sejauh ini yang sudah terbangun baru 76 titik, sedangkan lima tambahannya ditarget selesai akhir tahun ini.
“Jadi banyak sekali kita harusnya butuh kalau yang kita hitung ya sekitar dua kali lipat dari yang sekarang ya. Paling tidak 150 kita punya pompa-pompa itu karena kita ini berada di topografi yang datar. Kita ini di hilir,” ungkapnya.

Syamsul menjelaskan kalau pembangunan rumah pompa adalah salah satu solusi dari sekian banyak faktor penyebab banjir di Surabaya.
Dia menjelaskan Surabaya berada di wilayah dengan topografi datar dan termasuk kawasan hilir yang aliran airnya lambat, sehingga rumah pompa perlu untuk mempercepat aliran.
Menurutnya, prinsip pengendalian banjir berbeda di tiap wilayah. Di hulu, air ditahan; di tengah diatur dengan pintu air atau bangunan pengendali; sedangkan di hilir, air harus segera dibuang ke laut (flushing).
“Untuk proses flushing itu dibutuhkan rumah pompa dan pintu air agar air laut tidak masuk. Kalau air laut masuk, percuma kita menyedot air laut,” bebernya.
Meski demikian, dia belum bisa memperkirakan kapan 150 rumah pompa itu bisa terpenuhi, mengingat anggaran yang diperlukan untuk satu rumah pompa saja bisa mencapai Rp30 miliar.
“Pembangunan satu rumah pompa kalau lengkap itu bisa Rp30 miliar,” tutupnya. (lta/bil/ham)
NOW ON AIR SSFM 100
