
Sebagai bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, tari kolosal akan dipertunjukkan dalam upacara kemerdekaan yang akan digelar di Gedung Negara Grahadi, Surabaya pada Minggu (17/8/2025) mendatang.
Dwi Supranto Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur (Jatim), menjelaskan bahwa dalam acara tersebut, banyak tampilan budaya dan kesenian yang akan disuguhkan.
Tidak hanya melibatkan seniman dari Surabaya Raya, namun juga menggandeng seniman dari luar Kota Pahlawan.
“Sebagai pembuka upacara, akan ada tari kolosal yang melibatkan sekitar 300 penari. Kami berkolaborasi dengan Jember Fashion Carnaval (JFC), yang terkenal dengan parade karnaval beratribut budaya,” ungkap Dwi Supranto dalam talk show di Radio Suara Surabaya, Rabu (13/8/2025).
Para penari akan mengenakan atribut yang menggambarkan tokoh-tokoh besar dari Kerajaan Majapahit, seperti Raja Hayam Wuruk, Tribuana Tunggadewi, dan Gayatri.
“Tarian ini menggambarkan kebesaran Majapahit, mulai dari perjuangan Ratu Tribuana hingga kemunculan Hayam Wuruk. Semua itu menjadi simbol semangat perjuangan,” tambahnya.
Selain tarian, acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan musik dari Jihan Audy yang akan menghibur para tamu undangan. Tak ketinggalan, sekitar 200 orang paduan suara, terdiri dari pelajar SMA dan mahasiswa dari Surabaya serta Sidoarjo, akan turut berpartisipasi.
Pada siang harinya, acara Resepsi Kenegaraan akan diwarnai dengan penampilan duo pelawak Jo Klitik dan Jo Kluthuk, serta Cak Kartolo CS. “Ini merupakan bagian dari upaya kami untuk melestarikan dan membina budaya-budaya lokal yang ada di Jawa Timur,” ujar Dwi Supranto.
Pada sore hari, upacara penurunan bendera juga akan diwarnai dengan pertunjukan seni yang berkaitan dengan ritus-ritus nusantara.
“Kami ingin menampilkan potensi-potensi budaya dari seluruh Indonesia, bukan hanya Jawa Timur. Tema tarian sore itu adalah ‘Satu Langit Seribu Doa, Jawa Timur Napas Nusantara’ yang menggambarkan semangat kebersamaan seluruh elemen bangsa,” jelasnya.
Untuk memastikan semua pertunjukan berjalan dengan maksimal, Dwi Supranto menekankan pentingnya kurasi yang ketat terhadap para penampil. “Kami telah memilih talent-talent terbaik dengan spesifikasi tertentu dan bekerja sama dengan sanggar tari dan seni dari luar Surabaya,” tambahnya.
“Tahun ini, kami juga mendatangkan kesenian Api Kayangan dari Bojonegoro. Kayangan kan punya sumber api abadi. Jadi dengan adanya inspirasi ini maka semangat yang tampil dalam tarian itu menggambarkan api yang berkobar-kobar, semangat keabadian,” ujar Dwi Supranto menutup pembicaraan. (saf/ipg)