Universitas Dinamika Surabaya (Undika) meluncurkan media pembelajaran biologi inklusif bernama Flanatomy: Puzzle 3D Augmented Reality untuk mendukung proses belajar anak berkebutuhan khusus (ABK).
Media pembelajaran ini memuat tiga materi utama yaitu organ tubuh, sistem pernapasan, dan sistem pencernaan yang disajikan secara interaktif, media ini kini telah disalurkan ke sejumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jawa Timur.
Flanatomy dikembangkan sebagai solusi pembelajaran bagi anak-anak dengan penyandang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang kerap mengalami kesulitan fokus di kelas, disajikan dalam betuk puzzle kain flaner berwarna serta dilengkapi teknologi Augmented Reality (AR).
“Dengan Flanatomy, anak-anak bisa menempelkan potongan puzzle sesuai tempatnya. Selain itu, ada teknologi AR yang menarik perhatian mereka melalui audio dan visual,” ujar Bambang Hariadi Ketua Tim Peneliti Flanatomy Undika.
Media pembelajaran ini telah dikembangkan sejak Mei 2025 lalu melalui pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Setelah melalui tahap uji dan penyempurnaan, Flanatomy kini memasuki tahap final dan telah dibagikan kepada guru-guru SLB sebagai bagian dari kegiatan diseminasi hasil penelitian.
Handoko Kepala Sekolah SLB Autis Mutiara Hati Surabaya menyebutkan, Flanatomy sangat membantu siswa dalam mengenali diri dan tubuh mereka.
“Media ini sangat bermanfaat bagi anak-anak kami karena memudahkan mereka memahami pelajaran bina diri,” ujarnya.
Selain itu, Dyajeng Ayu Mega Puspita Kepala Sekolah SLB Putra Mandiri Surabaya menilai materi di Flanatomy selaras dengan capaian pembelajaran di sekolah.
“Selain membantu anak berkebutuhan khusus belajar, Flanatomy juga memudahkan guru dalam memberi ilmu pengetahuan kepada mereka,” jelasnya.
Iva Candraningtyas Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus Pendidikan Layanan Khusus (PK-PLK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur berharap Flanatomy akan dikembangkan ke materi lain sehingga dapat memperluas wawasan siswa ABK.
“Kita memerlukan media pembelajaran yang inklusif seperti ini karena pendekatan audio, visual, dan taktil sangat membantu siswa memahami konsep biologi. Harapannya inovasi seperti ini terus berkembang,” ujarnya.
Peluncuran Flanatomy menjadi wujud komitmen Undika dalam mendukung semangat Diktisaintek Berdampak, inisiatif Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi yang mendorong perguruan tinggi untuk berperan aktif dalam menyelesaikan persoalan masyarakat, termasuk akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. (fan/kir/ipg)
NOW ON AIR SSFM 100
