
Menjelang masuk kota Makkah dari arah Jeddah, Arab Saudi, Sabtu (31/5/2025) terjadi antrean kendaraan hingga sekitar 50 meter. Perjalanan para pengendara menjadi terhambat akibat adanya pemeriksaan oleh polisi. Padahal di hari biasa lalu lintas ini lancar.
Polisi sedang tidak melakukan razia surat-surat kendaraan sebagaimana sering terjadi di Indonesia, melainkan sedang memeriksa setiap orang yang masuk ke Makkah.
Dilansir Antara, seorang warga lokal yang menjadi kru bus yang membawa jamaah haji dari berbagai negara meminta para penumpang untuk menyiapkan visa. Bahkan, visa harus sudah dibuka sebelum dihampiri polisi.
Tak selang lama, dua polisi berseragam coklat dengan rompi bertulisan “police” masuk ke dalam bus untuk memeriksa visa jamaah haji. Satu polisi memeriksa dari depan dan satu polisi memeriksa dari belakang deretan kursi bus.
Ada yang menunjukkan visa berupa lembaran, namun ada juga yang tersimpan di gawainya. Mungkin karena semua penumpang menunjukkan visa bersamaan polisi hanya membaca seksama beberapa visa penumpang, selebihnya hanya dilihat sekilas.
Alhasil, bus berpenumpang sekitar 35 orang ini hanya butuh kurang 15 menit saja dan setelah itu bus kembali melaju kencang ke arah Makkah.
Apa yang terjadi di titik poin itu hanya bagian kecil dari upaya Pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan ibadah haji.
Di tahun-tahun sebelumnya, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memang selalu melakukan razia bagi jamaah tidak resmi, jamaah ilegal atau sebutan lain yang menyatakan bahwa mereka tidak memiliki visa haji.
Pemerintah kerajaan tidak ingin kejadian 2024 terulang lagi yakni dari 1.301 haji yang meninggal dunia pada 2024, sekitar 83 persen adalah jemaah haji ilegal.
Korban meninggal karena kelelahan dan tidak punya tempat untuk berlindung yang layak dari panas matahari. Untuk itu, pada 2025 razia makin digencarkan.
Boleh dibilang, hanya visa haji yang berlaku untuk berhaji. Visa lain dinyatakan tidak berlaku.
Pemeriksaan tentunya tidak hanya di perbatasan tetap juga di sekitar Masjidil Haram, perumahan, hotel dan penginapan bahkan kawasan gurun pasir juga tidak luput dari patroli udara karena rawan menjadi jalur “tikus” bagi jamaah ilegal.
Adanya jamaah yang masuk melalui gurun pasir itu setidaknya dibenarkan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah di mana aparat keamanan Arab Saudi menemukan tiga Warga Negara Indonesia (WNI) di area gurun wilayah Jumum, Makkah, dalam kondisi dehidrasi pada 27 Mei.
“Satu WNI atas nama SM ditemukan telah meninggal dunia, sementara dua WNI lainnya atas nama J dan S, berhasil diselamatkan,” ujar Yusron B Ambary Konsul Jenderal RI di Jeddah saat dihubungi dari Jakarta, Ahad (1/6/2025).
Yusron menjelaskan SM bersama 10 WNI lain sebelumnya terkena razia oleh aparat keamanan Arab Saudi karena mencoba berhaji dengan visa nonhaji dan diusir ke Kota Jeddah.
SM yang tiba di Arab Saudi menggunakan visa ziarah memutuskan kembali mencoba memasuki wilayah Makkah bersama J dan S dengan taksi gelap melalui area gurun pasir.
“Dalam upayanya mencoba masuk kota Makkah secara ilegal tersebut, ketiga WNI tiba-tiba dipaksa untuk turun di tengah gurun oleh supir taksi karena takut tertangkap patroli aparat keamanan Arab Saudi,” kata dia.
Ketiga WNI tersebut kemudian ditemukan oleh patroli udara dengan pesawat drone aparat keamanan Arab Saudi. Saat ditemukan, SM sudah dalam keadaan meninggal dunia.
“Sementara itu, J dan S dibawa aparat keamanan ke rumah sakit dan setelah menjalani perawatan kembali diusir ke Jeddah,” kata dia.
Apel pengamanan
Tidak hanya melakukan razia, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi juga menggelar pasukan keamanan untuk menjaga agar jamaah haji bisa beribadah dengan lancar. Apel skala besar dengan melibatkan ribuan personel itu digelar pada Sabtu (31/5/2026) malam .
Apel pasukan pengamanan ini untuk melihat kesiapsiagaan dalam menjaga pelaksanaan musim haji 1446 H atau 2025 di Padang Arafah, Provinsi Makkah, tempat puncak haji Wukuf akan berlangsung pada di tempat itu pada Kamis (5/6/2025).
Unjuk kekuatan di Padang Arafah juga memiliki arti bahwa di tempat itulah nanti menjadi salah satu lokasi ibadah haji yakni wukuf yang merupakan puncak haji.
Mereka seolah siap menjaga sekitar dua jut haji dari seluruh dunia dari gangguan mulai dari kehadiran jamaah illegal sehingga antisipasi jika adanya serangan bom.
Selain melakukan defile di depan Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Naif bin Abdulaziz Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, pasukan keamanan juga menunjukkan kemampuan dalam mengatasi berbagai ancaman yang berpotensi mengganggu keamanan dan keselamatan jamaah haji.
Pasukan keamanan menunjukkan berbagai kemampuan dan simulasi dalam mengatasi gangguan keamanan termasuk gangguan yang berasal dari ledakan gedung bertingkat.
Unsur pasukan keamanan yang melakukan unjuk kemampuan adalah polisi, militer, pemadam kebakaran, tim medis, tim SAR dan pasukan penanganan teror.
Pasukan juga memperlihatkan kemampuan menangkap para pelaku kejahatan yang sedang melaju di jalan raya dan mengatasi bangunan gedung bertingkat yang mendapatkan serangan bom.
Mereka juga menampilkan pergerakan individu personel yakni berkendara dengan kecepatan tinggi untuk memburu kejahatan, bergelantungan di atas pintu kendaraan hingga naik di atas tangga yang dipasang di truk.
Beberapa helikopter dan dua pesawat terbang ikut mendukung operasi pengamanan itu. Dua helikopter memperlihatkan kemampuan mendarat ditempat yang sempit diantara tiang lampu-lampu.
Dengan apel pasukan ini, Pemerintah Arab Saudi ingin menunjukkan kepada dunia bahwa pengamanan jamaah haji akan dilakukan secara maksimal, termasuk mengatasi adanya situasi darurat.
Selain Arafah, pengamanan juga difokuskan di Mina, Muzdalifa dan Masjidil Haram yang menjadi pelaksanaan ibadah haji.
Pemeriksaan identitas jamaah haji, patroli rutin termasuk ke area gurun hingga apel pasukan tersebut tentunya diharapkan berhasil secara maksimal yakni tidak ada insiden atau gangguan keamanan lainnya selama pelaksanaan haji.(ant/bel/iss)