
Meningkatnya kasus Covid-19 di sejumlah negara kawasan Asia Tenggara seperti, Singapura, Thailand, Malaysia, dan beberapa lainnya, membuat pemerintah Indonesia mulai siaga.
Merespons hal itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan Surat Edaran (SE) dengan nomor SR.03.01/C/1422/2025/, Jumat (23/5/2025) yang ditujukan ke seluruh pemangku kepentingan sektor kesehatan, untuk antisipasi potensi penyebaran gelombang baru Covid-19.
Menurut data Kemenkes, Thailand saat ini mengalami peningkatan kasus karena varian XEC dan JN.1. Sementara Singapura dilanda varian LF.7 dan NB.1.8. dan subvarian JN.1 mendominasi. Kemudian di Hong Kong masih didominasi JN.1, dan Malaysia sedang menghadapi varian XEC.
Sekadar informasi, Kemenkes mendeteksi ada tujuh kasus Covid-19 di Indonesia yang ditemukan pekan lalu.
Periode 25 sampai 31 Mei 2025, tingkat positivity rate mencapai 2,05 persen. Artinya, dari 100 orang yang diperiksa, ada dua orang yang terinfeksi.
Kemenkes sudah memeriksa 2.160 spesimen sepanjang tahun 2025. Dari jumlah itu, 72 di antaranya positif Covid-19.
Untuk mengantisipasi adanya lonjakan kasus Covid-19, Kemenkes telah menyiapkan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes).
Sementara itu, Aji Muhawarman Kabiro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes menyampaikan, unit layanan kesehatan serta para pemangku kepentingan, memantau perkembangan situasi dan informasi global terkait Covid-19.
Dengan adanya imbauan dan data yang disampaikan Kemenkes terkait kasus Covid-19, apakah Anda akan mengikuti protokol kesehatan atau tidak?
Dalam diskusi di program Wawasan Polling Suara Surabaya, Kamis (5/6/2025) pagi, mayoritas masyarakat memilih mengikuti prokes untuk menekan penyebaran Covid-19.
Dari data Gatekeeper Radio Suara Surabaya, 94 persen yang terdiri dari 196 peserta polling menyatakan ikut menerapkan prokes untuk tekan Covid-19. Sedangkan 6 persen lainnya atau 13 orang menyatakan tidak ikut.
Kemudian, berdasar data di Instagram @suarasurabayamedia, sebanyak 60 persen atau 99 orang menyatakan ikut menerapkan prokes untuk tekan Covid-19. Sedangkan 40 persen lainnya atau 65 orang menyatakan tidak ikut.
Mengenai hal itu, Dr Ari Baskoro Spesialis Penyakit Dalam dan Imunolog FK Universitas Airlangga (Unair) menerangkan bahwa varian yang saat ini muncul merupakan turunan dari Omicron.
“Kalau kita lihat dahulu, varian Omricon ini sebenarnya tidak seganas varian Delta. Dia memang lebih menular, tapi lebih tenang. Sehingga turunannya bisa lebih jinak lagi,” terangnya saat onair di Radio Suara Surabaya.
Ari juga menjelaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir dengan varian terbaru Covid-19 ini, terlebih mereka yang sebelumnya telah mendapat vaksin.
“Mereka tidak perlu melakukan vaksin lagi. Tapi kalau di rumah ada orang yang lanjut usia, punya komorbid, dan ada anak-anak, bisa mengikuti vaksin lagi untuk preventif,” jelasnya.
Varian yang baru, kata Ari, tidak memiliki gejala seperti, hilang penciuman atau sesak napas. Varian terbaru, lebih mirip dengan influenza pada umumnya dan hanya bisa terdeteksi lewat cek laboratorium.
Ari kembali mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik, tapi juga tetap harus waspada dengan menerapkan dua cara yakni, patuhi prokes dan mengikuti vaksin.
“Yang utama tetap aturi prokes seperti, cuci tangan dan pakai masker. Yang kedua, melakukan vaksin dengan kondisi tertentu. Karena saat ini kita sudah melalui masa endemi, vaksin akan lebih mahal. Sehingga tidak semua orang diwajibkan vaksin,” tandasnya.(kir/ipg)