
Lilies Handayani tak hanya jagoan di sektor olahraga. Mantan atlet nasional cabang olahraga panahan itu juga sukses di bidang akademis.
Lilies dikenal sebagai salah satu pahlawan yang membawa Indonesia meraih medali perak pertama di Olimpiade 1988 Seoul, lewat nomor beregu recurve putri bersama Nufitriyana Saiman dan Kusuma Wardhani.
Berselang tiga dekade, Lilies resmi meraih gelar doktor setelah lulus Ujian Disertasi Terbuka Program Doktor Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Dalam disertasinya, Lilies mengembangkan sebuah metode latihan inovatif bertajuk “Model Latihan Lilies Handayani Rapid Shooting (LHRS) Dalam Meningkatkan Konsentrasi dan Performa Panahan Divisi Recurve.”
Metode ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi dan performa atlet panahan dalam menembak anak panah dengan cepat, tanpa terpengaruh kondisi cuaca atau tekanan saat bertanding.
“Dengan menembak cepat, pemanah dapat menembakkan anak panah secara tepat sasaran walau dalam kondisi cuaca atau tekanan yang berbeda. Teknik ini mengajarkan atlet untuk berkonsentrasi tinggi tanpa harus terlalu memikirkan langkah-langkah teknis secara berlebihan,” jelas Lilies.
Latihan dengan metode LHRS ini dilakukan secara bertahap, mulai dari jarak 20 meter, 50 meter, hingga 70 meter. Menurut Lilies, kebiasaan menembak cepat membuat teknik atlet semakin sempurna dan fokus dalam setiap lemparan anak panah.
Lilies meyakini bahwa metode ini akan membantu meningkatkan kemampuan atlet panahan, tidak hanya di tingkat daerah dan nasional, tetapi juga dalam kompetisi internasional.
“Metode ini akan menjadi salah satu kunci untuk mengasah mental dan teknik atlet sehingga mereka bisa tampil maksimal di berbagai ajang,” terang istri Denny Trisyanto tersebut.
Setelah resmi meraih gelar doktor, Lilies bisa kembali fokus menangani atlet panahan Indonesia. Dalam waktu dekat, Indonesia akan bersaing di SEA Games 2025 di Thailand. (saf/faz)