Sabtu, 16 Agustus 2025

WBA Ungkap Alasan Arena Tinju Disebut Ring Meski Berbentuk Segi Empat

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Magomedov Ankalaev (kanan) petarung UFC menyerang Alex Pereira dalam laga perebutan gelar juara kelas berat ringan UFC pada UFC 313 di T-Mobile Arena, Las Vegas, pada 9 Maret 2025. Foto: Antara/ MMA Fighting

World Boxing Association (WBA) merilis sebuah laporan yang mengulas tentang arena tinju yang masih disebut “ring” (cincin atau lingkaran) meskipun arena di era tinju moderen berbentuk segi empat yang dikelilingi tali pembatas.

Mengutip laman resmi WBA yang dilansir dari Antara pada Sabtu (16/8/2025), WBA mengemukakan sebutan “ring” yang telah digunakan selama berabad-abad, jauh setelah kelahiran olahraga yang merupakan bentuk pertarungan terorganisir tertua yang dikenal manusia.

Tinju lebih tua dari piramida, mesin cetak, dan hampir semua institusi yang dihargai, dengan akar yang menjangkau masa-masa awal manusia di planet bumi yang kini dihuni oleh sekitar delapan miliar jiwa.

Kata “ring” itu sendiri berasal dari bahasa Inggris Kuno “hring”, yang berarti lingkaran, cincin, atau loop.

Hal itu terdengar aneh, mengingat ring tinju yang dikenal hari ini berbentuk persegi panjang, struktur empat sisi, bukan lingkaran.

Sejarawan olahraga memberi tahu bahwa versi awal tinju bermula di kerajaan kuno Abyssinia, Ethiopia modern, sekitar 6.000 hingga 7.000 tahun sebelum Masehi.

Dalam pertarungan brutal tersebut, dua pria akan duduk berhadapan, seringkali telanjang atau setengah telanjang, dan bertarung dengan tangan kosong hingga salah satu dari mereka tewas.

Berabad-abad kemudian, sarung tangan kasar atau penutup tangan kulit dengan duri tajam di jari-jari diperkenalkan. Pertandingan tersebut masih tidak memiliki batasan waktu dan berakhir hanya ketika salah satu petarung tidak dapat melanjutkan atau ketika dia dipukul hingga tewas.

Sekitar tahun 700 SM, bentuk primitif tinju telah masuk ke dalam Olimpiade Kuno, dengan cepat menjadi salah satu acara yang paling disukai penonton, tradisi yang dalam semangatnya, terus berlanjut hingga hari ini.

Baik antara pria maupun pada masa-masa belakangan juga terdapat wanita yang turut mengikuti tinju, pemandangan dua petinju yang saling berhadapan masih mampu membangkitkan antusiasme penonton sebanyak, jika tidak lebih dari sepak bola, bisbol, atau basket.

Alasan disebut “Ring” adalah terletak pada evolusi perlahan olahraga ini.

Pada suatu saat, petinju mulai bertarung berdiri di dalam lingkaran yang digambar di tanah, sebuah “ring” dalam arti harfiah. Keluar dari lingkaran tersebut berarti kekalahan otomatis, sehingga nama tersebut melekat.

Tinju kemudian tenggelam dalam kegelapan di Eropa setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi pada tahun 476 M, sebagian besar karena kemunculan Kristen dan pengaruh Gereja. Baru pada awal abad ke-18 olahraga ini muncul kembali di Inggris.

Pada tahun 1743, Jack Broughton yang merupakan seorang mantan petinju yang juga mengajarkan seni tinju, menyusun seperangkat aturan formal pertama. Di antaranya: para petinju akan bertanding di dalam dua lingkaran konsentris, dan keluar dari lingkaran yang lebih kecil berarti diskualifikasi langsung.

Hampir satu abad kemudian, pada tahun 1838, London Pugilistic Society memperkenalkan ring persegi pertama, yang diletakkan di atas tanah.

Sebuah catatan menarik lainnya, pertarungan hadiah uang pertama yang tercatat, di mana pemenang menerima uang tunai, terjadi pada awal abad ke-18 antara seorang tukang roti dan tukang daging yang dimenangkan tukang roti.

Pada tahun 1865, aturan yang dikenal sebagai Marquess of Queensberry Rules, yang sebenarnya ditulis oleh John Graham Chambers selaku pendiri, pelatih, dan jurnalis London Amateur Athletic Club membawa perubahan besar dalam olahraga tinju.

Chambers memperkenalkan ronde tiga menit dengan istirahat satu menit, sarung tangan menggantikan tinju telanjang, dan knockdown yang dibatasi waktu.

John L. Sullivan adalah juara kelas berat terakhir yang bertarung dengan tinju telanjang, sementara James J. Corbett menjadi yang pertama memenangkan gelar dunia dengan menggunakan sarung tangan.

Diperkirakan Chambers juga yang mengusulkan ide untuk meninggikan “ring” sekitar tiga kaki (91 sentimeter) dari lantai, sehingga penonton dan juri dapat melihat dengan lebih jelas. Ring tersebut, masih disebut dengan nama aslinya meskipun berbentuk persegi, awalnya berukuran 24 kaki (7,3 meter) per sisi.

Saat ini, peraturan mensyaratkan total 16 tali (empat per sisi) dan dimensi antara 16 dan 23 kaki (4,9 hingga 6,9 meter), dengan ketinggian antara tiga dan empat kaki (0,9 hingga 1,22 meter) di atas tanah.

Aturan 12 Chambers, yang sering digabungkan sebagai Kode Queensberry, masih berlaku hingga hari ini, terutama ronde tiga menit dengan istirahat satu menit, dan hitungan 10 detik untuk knockdown.

Seorang petarung dinyatakan kalah jika dia tidak dapat bangun tanpa bantuan atau melanjutkan pertarungan setelah hitungan, baik karena knockdown yang bersih atau serangan bertubi-tubi yang membuatnya tidak berdaya.

“Ada banyak hal lain yang bisa diceritakan tentang kisah ini. Namun untuk saat ini, itulah cerita mengapa ring masih disebut “ring,” demikian tulis WBA. (ant/ata/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Sabtu, 16 Agustus 2025
32o
Kurs