Senin, 4 November 2024

Golkar Perlu Menerapkan Strategi Kampanye Berbeda untuk Menggaet Pemilih Muda pada Pemilu 2024

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Lodewijk Friedrich Paulus Sekjen Partai Golkar memberikan arahan pada acara Rakornas MPO Golkar, Selasa (21/11/2022), di Jakarta. Foto: istimewa

Lodewijk Friedrich Paulus Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar mengungkapkan, salah satu upaya meningkatkan elektabilitas jelang Pemilu 2024 adalah memperkuat media dan penggalangan opini.

Menurutnya, Golkar akan mengerahkan seluruh kekuatan baik kampanye lewat darat mau pun udara untuk memenangkan partai dan Airlangga Hartarto sebagai Presiden di Pemilu 2024.

Untuk itu, Lodewijk yang juga menjabat Wakil Ketua DPR RI meminta Divisi Media dan Penggalangan Opini (MPO) Partai Golkar menjadikan generasi muda khususnya kaum milenial sebagai target utama konstituen.

“Untuk memenangkan pemilu mendatang ada dua kegiatan atau istilahnya operasi yang akan kami lakukan. Yaitu operasi pasukan darat atau infanteri, dan operasikan pasukan udara dengan cara memasang media media di luar ruangan dan memasang media elektronik itu secara kolektif harus dilakukan,” ujarnya di sela Rakornas MPO Golkar, Selasa (21/11/2022), di Jakarta.

Ujang Komarudin Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) mengungkapkan, strategi serupa juga pasti dilakukan partai lain. Karena, pemilih pada Pemilu 2024 banyak didominasi kalangan muda yang angkanya diprediksi mencapai 60 persen dari total pemilh.

“Golkar harus menekankan aspek diferensiasi pada kerja-kerja kampaye mereka. Kalau hanya melakukan penggalangan opini publik, lalu kampanye di media, itu hal yang biasa. Partai-partai lain pun melakukan hal serupa,” ucapnya kepada wartawan, Selasa (22/11/2022).

Supaya bisa diterima calon pemilih dari kalangan muda, Ujang mendorong Golkar membangun konstruksi kampanye yang berbeda dari sebelumnya.

“Saya melihat harus ada variasi, harus ada pembeda, harus ada daya tarik yang diberikan Golkar pada pemilih, termasuk pemilih muda. Kalau tidak? Ya akan sama, akan biasa saja, akan tergerus oleh partai lain dengan kampanye yang sama,” tegasnya.

Golkar, sambung Ujang, merupakan partai politik yang sudah cukup mapan dan matang, dengan infrastruktur politik yang besar. Tapi, karena konstruksi pemilih baru yang didominasi kalangan muda, Golkar juga harus menerapkan pendekatan baru.

“Golkar harus mengambil posisi yang bisa menjangkau pemilih muda dengan cara baru yang kreatif, atraktif, dan bisa menawarkan solusi, agar mereka simpati. Makanya, butuh terobosan, strategi, dan butuh cara-cara baru, termasuk diferensiasi dalam kampanye, untuk mendapatkan simpati dari pemilih terutama pemilih muda,” timpalnya.

Sementara itu, Silvanus Alvin Pengamat komunikasi politik dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) mengatakanz peran media massa bisa memberi dampak elektoral yang positif bagi parpol dan calon presiden.

“Ketika media dianggap sebagai entitas yang objektif, maka ketika media menampilkan citra seorang tokoh tertentu, maka bisa memberi dampak elektoral yang positif,” ucapnya.

Apalagi, lanjut Alvin, media massa tidak akan tergantikan di tengah maraknya media sosial.

“Keberadaan media massa secara umum masih belum tergantikan. Di tengah menjamurnya para content creator, media massa justru menjadi relevan,” sebutnya.

Mengutip data Reuters Institute, Alvin bilang ada peningkatan kepercayaan pada media massa di indonesia karena berlaku profesional dan menerapkan etika dalam menulis berita.

“Media massa menghadirkan fakta atau purveyor of facts. Di era post truth, fakta itu utama agar masyarakat tidak dikaburkan dan malah tersesat dalam labirin informasi,” tegasnya.

Alvin menambahkan, media massa dan media sosial sekarang ini tidak bisa dipisahkan.

“Ketika bicara komunikasi politik, sudah saatnya menerapkan praktik transmedia atau lintas media. Tidak hanya cukup media sosial saja tapi butuh didorong oleh media massa,” tandasnya.(rid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 4 November 2024
26o
Kurs