Minggu, 28 April 2024

Wakil Ketua MUI Menilai Candaan Zulhas Bukan Penistaan Agama

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan pada konferensi pers Hari Belanja Online Nasional (HARBOLNAS) 12.12, di Tokopedia Tower, Jakarta, Selasa (12/12/2023). Foto: Antara Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan pada konferensi pers Hari Belanja Online Nasional (HARBOLNAS) 12.12, di Tokopedia Tower, Jakarta, Selasa (12/12/2023). Foto: Antara

KH Marsudi Syuhud Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) menanggapi viralnya video candaan Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan (Zulhas) soal pelafalan Amin dalam salat.

Kiai Marsudi menilai, apa yang tengah ramai di medsos bermula dari candaan yang dilontarkan Zulhas. Candaan itu kemudian disikapi berbagai kalangan hingga menimbulkan kegaduhan seperti sekarang.

“Akhir-akhir ini lagi ramai di medsos tentang Ketum PAN Zulkifli Hasan yang pernyataannya ramai di medsos. Sesungguhnya kalau saya lihat dari ger-geran (candaan) menjadi gegeran (ribut),” ujarnya di Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Kiai Marsudi mengatakan, pernyataan Zulhas yang kini tengah ramai di media sosial itu tidak bermaksud menistakan agama.

Candaan serupa, kata Marsudi, sebelumnya juga pernah dilontarkan sejumlah tokoh dan ulama seperti Ustad Abdul Somad, Ustad Adi Hidayat, hingga Anies Baswedan.

“Jadi, sesungguhnya ger-geran (candaan) itu sudah ada dari UAS, UAH, Anies,” kata Kiai Marsudi.

Sebagai muslim yang tinggi ilmu keislamannya, Kiai Marsudi mengatakan mustahil para tokoh dan ulama tersebut memiliki niat mencela agamanya sendiri lewat pernyataan yang mereka lontarkan.

“Apa iya tokoh-tokoh sekaliber UAS, UAH, Anies, dan Zulhas yang mereka backgroundnya juga muslim taat menistakan agama, melecehkan agama, bahkan melecehkan mazhab? Dalam konteks ini sesungguhnya kalau kita pahami segala sesuatu tergantung pada niatnya. Sebuah ucapan tergantung niat yang mengucapkannya,” paparnya.

Lebih lanjut, dia pun mengajak Umat Islam bersama-sama menjaga diri dan saling mengingatkan jangan sampai menjadikan agama sebagai isu politik. Apalagi sampai mengeksploitasi isu agama sebagai senjata untuk menyerang atau menjatuhkan pihak yang tidak disukai.

“Kami berharap para pemimpin masyarakat, agama, termasuk pemimpin partai termasuk pendukung calon masing-masing untuk tetap mengedepankan akhlakul karimah dalam menyampaikan pesannya. Pada para jurkam pendukung dalam menyampaikan pesan itu harus pandai memilah kata yang tepat walaupun dengan susah. Kiita juga harus bisa mengedepankan sikap membuka ruangan untuk saling tabayun, klarifikasi dan memaafkan jika dalam memasarkan capres-cawapres ada kata-kata yang dimaksud untuk ger geran (candaan) malah jadi gegeran (keributan),” tutup Kiai Marsudi.(rid/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
30o
Kurs