Jumat, 3 Mei 2024

Zulkifli Hasan: Pemilu 2024 Tak Perlu Lagi Istilah Cebong dan Kampret

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Zulkifli Hasan Ketua Umum DPP PAN saat memberikan keterangan pers di sela-sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PAN di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (27-8-2022). Foto: Antara

Zulkifli Hasan (Zulhas) Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) mengatakan, Pemilu 2024 adalah pesta demokrasi yang sangat penting, dinamis, dan strategis.

Disebut penting, kata Zulhas, karena pemilu tersebut akan menetapkan para anggota legislatif dan eksekutif secara bersamaan. Karena itu, tidak heran kalau pelaksanaannya sangat dinamis karena diikuti oleh banyak calon yang sangat kompetitif.

Sementara hasil pemilu tersebut sangat strategis karena akan sangat menentukan perjalanan bangsa Indonesia 5 bahkan 10 tahun ke depan.

“Lihat saja, para calon legislatif hari ini sudah ramai yang mendaftar di berbagai partai. Begitu juga dengan calon presiden dan wakil presiden sudah banyak dimunculkan. Dan di tingkat daerah, para calon kepala daerah juga sudah mempersiapkan diri untuk berkontestasi bulan November 2024 nanti,” ujar Zulhas dalam keterangannya, Senin (15/5/2023).

Di negara demokrasi, lanjutnya, fenomena itu adalah hal yang lumrah. Sebab, setiap orang berhak untuk memilih dan dipilih. Semua orang sama di mata hukum dan pemerintahan. Wajar jika mereka yang berminat dan punya talenta politik ikut meramaikan bursa kepemimpinan dalam pemilu tersebut.

Namun demikian, menurut dia, kontestasi dan pertarungan politik yang akan berjalan harus diberi catatan. Pertama, pesta demokrasi itu harus dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Seluruh pelaksana pemilu harus netral dan tidak berpihak. Seluruh kontestan harus diperlakukan sama.

Kedua, seluruh anggota masyarakat diharapkan dapat membantu dan berkontribusi dalam menjaga keteduhan, ketertiban, dan keamanan penyelenggaraan pemilu. Tidak boleh ada yang meremehkan, melecehkan, dan mencerca pihak lain. Semua harus tetap berpandangan bahwa pemilu dilaksanakan untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI.

“Tidak boleh ada lagi istilah kampret dan cebong. Itu adalah kata-kata yang tidak baik. Tidak mendidik. Berpotensi memecah belah persatuan,” tegasnya.

Ketiga, kalaupun ada perdebatan, itu harus diarahkan pada adu gagasan dan pemikiran. Gagasan dan pemikiran bagaimana membangun Indonesia lebih baik di masa depan. Menawarkan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. Dengan begitu, masyarakat dapat menentukan pilihan berdasarkan kemampuan dan kualifikasi para kandidat yang bertanding.

Keempat, seluruh kontestan diharapkan dapat mengikuti tahapan pemilu yang didasarkan pada aturan UU dan ketentuan lain yang telah ditetapkan. Ketentuan-ketentuan yang dibuat hendaklah konsisten dan tidak berubah-ubah. Sebab, kalau ada inkonsistensi akan berimplikasi bagi parpol dalam merapikan barisan seluruh kader dan simpatisannya di daerah-daerah.

“Harapan kita, pemilu kali ini akan berkualitas. Para pemimpin terpilih dapat melanjutkan pembangunan dan melengkapi capaian-capaian yang telah diperoleh selama ini,” jelasnya.

“Pemilu itu harus teduh. Santai dan gembira. Hindari ketegangan dan potensi gesekan di tengah masyarakat. Karena, pemilu adalah milik semua,” imbuhnya.(faz/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
29o
Kurs