Senin, 20 Mei 2024

Pakar Pertanyakan Urgensi Pembentukan Presidential Club: Bisa Sowan, Masih Ada yang Lebih Penting

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Joko Widodo Presiden dan Prabowo Subianto Presiden terpilih. Foto: BPMI Setpres

Neni Nur Hayati Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, menanyakan urgensi pembentukan Presidential Club yang diwacanakan oleh Prabowo Subianto presiden terpilih Republik Indonesia (RI) 2024/2029.

Ia menegaskan, jika Presidential Club digunakan untuk menyelamatkan demokrasi, akan menjadi satu upaya yang bagus bagi Indonesia.

“Kalau dari pandangan Megawati apa yang harus dibenahi, kalau dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) apa yang harus dibenahi, untuk demokrasi,” katanya dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, pada Rabu (8/5/2024).

Tetapi, jika Presidential Club ke depan bisa menghilangkan oposisi, atau bahkan digunakan untuk bagi-bagi kekuasaan, maka hal itu justru akan berdampak buruk bagi demokrasi.

Baca juga: Gerindra Sebut Prabowo Sangat Serius Berencana Bentuk Presidential Club

Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa pembentukan Presidential Club pasti butuh anggaran. Sehingga menurutnya, daripada membuat Presidential Club saat ini, alangkah baiknya jika anggaran yang ada tersebut digunakan untuk hal-hal yang urgent, seperti pada sektor pendidikan dan kesehatan.

“Karena perlu penyempurnaan, bukan hanya sekadar keberlanjutan saja, bagaimana memastikan kebijakan-kebijakan dengan baik,” katanya.

“Artinya, kalau perlu saran, ya, tinggal sowan-sowan saja, tidak perlu secara resmi ada forum,” imbuhnya.

Jika memang Presidential Club benar-benar akan diresmikan, ia menegaskan, perlu kajian mendalam terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa forum tersebut tidak menghambur-hamburkan uang, dan tidak politik bagi kue.

“Jangan sampai terjadi penghamburan anggaran negara, karena kita tidak bisa memegang komitmen itu, sudah banyak omomgan pejabat publik hanya sekadar omon-omon saja. Misalnya presiden tidak cawe-cawe, tapi tidak bisa dipungkiri terjadi cawe-cawe,” ujarnya.

Ia khawatir, jika Presidential Club itu dibentuk, oligarki di Indonesia akan semakin menguat.

Pihaknya juga memprediksi, bahwa wacana Presidential Club itu kemungkinan besar akan tetap dibentuk oleh pemerintah. Oleh karena itu, ia mengingatkan masyarakat agar terus mengawasi.

“Tidak ada yang tidak mungkin, politik di Indonesia itu absurd, tidak bisa diramalkan,” ungkapnya.

Pihaknya juga meminta agar voice atau suara dari masyarakat tidak dianggap sebagai noice.

“Perlu ada partisipasi masyarakat, perlu diawasi bersama-sama, perlu memperkuat dan menyelamatkan demokrasi,” tuturnya.

Seperti diketahui, forum presiden bukanlah hal yang baru di beberapa negara di dunia, Amerika dan Spanyol contohnya, punya forum semacam itu.

Di Indonesia sendiri, wacana tersebut mencuat setelah Prabowo mengusulkan pembentukan Presidential Club untuk wadah berdiskusi para presiden sebelumnya dan sekrakang untuk menjaga silaturahmi dan membangun bangsa.

Wacana tersebut, mendapat dukungan dari Joko Widodo Presiden. Jokowi sebelumnya mengatakan tidak mau ikut campur urusan kabinet, tetapi kalau sekadar minta saran menurutnya itu bukan sebuah masalah.(ris/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya
Kurs
Exit mobile version