Jumat, 29 Maret 2024

Ledakan Open Science: Pandemi Dorong Publikasi Penelitian Jadi Makin Cepat

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan

Pandemi Covid-19 membuat perubahan di berbagai sektor. Mulai dari sektor yang melibatkan hajat hidup orang banyak hingga peraturan yang mengatur bagaimana individu bisa hidup berdampingan dengan Covid-19. Ini semua bisa ada berkat adanya ilmu pengetahuan.

Rhenald Kasali pendiri Yayasan Rumah Perubahan menyebutkan, banyak ilmuwan yang menunggu bertahun-tahun sebelum karyanya dapat dipublikasikan dalam jurnal terpandang. Banyak pula penerima hadiah nobel yang mengaku karya ilmiah mereka terhambat bertahun-tahun untuk dipublikasikan.

Dia juga menyebut, 90 persen karya ilmiah yang dibaca dokter untuk memberi pengobatan kepada pasien ternyata tidak bisa diakses dengan mudah karena mahal. Selain itu masih banyak pula karya ilmiah yang dirahasiakan.

Di era pandemi, kemajuan ilmu pengetahuan dimulai dengan ditemukannya genome awal virus Sars Cov-2 oleh peneliti dari Wuhan, China. Namun karena peneliti ini tahu kalau ada rekan sejawatnya yang dihukum berat karena melakukan kesalahan, dia memilih untuk mengirimkan hasil penelitian ke peneliti di Australia.

Atas persetujuannya, peneliti Australia ini kemudian membagikan siklus genome awal ke akun Twitter yang kemudian meledak ke seluruh dunia.

Akibatnya, open science menjadi begitu marak di tengah pandemi sehingga ini mendorong publikasi penelitian jadi lebih cepat. Banyak negara dalam waktu 11 bulan berhasil membuat vaksin, yang diawali dari adanya keterbukaan.

“Open science yang sudah digagas jauh sebelum pandemi sekarang jadi sangat populer,” kata Rhenald.

Open science, dijelaskan oleh Rhenald, adalah usaha untuk menjadikan hasil penelitian lebih terbuka sehingga mudah diakses, transparan, mudah dikritisi, diperbaiki dan memungkinkan untik diuji lebih dalam lagi oleh semua orang. Sehingga dapat meningkatkan validasi hasil penelitian yang memungkinkan terjadinya kolaborasi ilmiah.

Ini berimbas pada jumlah penelitian yang meningkat dratis. Dari hanya 3.000 penelitian di tahun 1991, di tahun 2019 meningkat hingga 75 kali lipat.

Lalu kecepatan publikasi pre-print bisa 14 bulan lebih awal ketimbang publikasi di jurnal cetak.

Kemudian menurut Microsoft Research, di tahun 2021 pengutipan artikel dalam jurnal cetak dikutip sebanyak lima kali lipat lebih banyak.

Sebagai konsekuensi, open science jadi lebih murah dan mudah dikerjakan, namun ilmuwan dibayangi dengan fenomena the death of science atau matinya ilmu pengetahuan karena masyarakat punya caranya sendiri.

Dia mencontohkan, dalam menghadapi pandemi manusia di muka bumi terpecah menjadi dua kubu, yang pro dengan lockdown sebagai solusi memperkecil mata rantai penyebaran virus dan yang kontra.

“Keduanya bisa saja benar dan keduanya memiliki pendukungnya masing-masing. Tapi kita harus mawas diri kalau itu baik bagi diri kita dan orang lain, tentu akal sehat kita mengatakan kenapa tidak kita lakukan seperti itu,” katanya.

Rhenald bilang, tantangan-tantangan besar dihadapi oleh ilmuwan dalam dunia science di era yang terus bergerak maju.

“Kita juga menyaksikan 2020 adalah tahun yang penuh kemajuan bagi ilmu pengetahuan, dan memberikan harapan karena kita bergerak ke depan dan menyesuaikan diri dengan keadaan,” pungkasnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
32o
Kurs