Sabtu, 27 April 2024

Mengenal Lebih Dekat C2O, Perpustakaan Anak Muda Surabaya

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
C2O Library & Collabtive yang terletak di Jalan Doktor Cipto no.22,Surabaya. Foto: Tina suarasurabaya.net

Perpustakaan menjadi wadah paling digemari bagi para pecinta buku. Terlebih jika perpustakaan menyediakan layanan dan tempat yang ramah pembaca, selain koleksi buku yang belum banyak tersedia di Indonesia. Seperti halnya dengan C2O Library & Collabtive atau lebih dikenal Perpustakaan C2O.

Perpustakaan swasta C2O atau tidak merayakan Hari Buku yang jatuh pada hari ini, Kamis (17/5/2018). Karena setiap hari adalah Hari Buku dan Hari Buku bisa diperingati kapan pun.

“Untuk Hari Buku tahun ini, kita memang tidak buat. Menurut kami, hari buku tidak harus diperingati pas hari buku itu, tiap hari kami memperingati hari buku,” kata Jualiana, admin sekaligus front office dari C2O Library, Minggu (13/4/2018).

Mengamati trend literasi saat ini, ia kurang setuju jika dikatakan minat baca masyarakat Surabaya atau bahkan Indonesia menurun. Karena berdasarkan pantauan dari Juli, pengunjung yang datang di perpustakaan yang didirikan sejak tahun 2008 itu, semakin waktu semakin meningkat.

Sejak berdirinya perpustakaan C2O, pihaknya memang sengaja membuat konsep perpustakaan layaknya rumah sendiri. Semua ini merupakan upaya pihak perpustakaan C2O untuk memberikan kesan perpustakaan yang nyaman untuk para pembaca.

“Jadi memang sedari awal, kita konsepnya kayak di rumah, orang merasa nyaman, terutama dari koleksi buku ada genrenya sendiri ya diperkuat, lebih ke memilah buku sih,” tambahnya.

Di ruang utama, pengunjung sudah dijejali dengan rak-rak besar dan tinggi yang dipenuhi dengan beragam genre buku. Di ruang sama juga terdapat beberapa meja dan kursi untuk membaca.

Selain di ruang utama, para pembaca juga bisa menggunakan lorong samping perpustakaan yang berkonsep outdoor and fresh. Sehingga pembaca bisa menikmati kegiatan membaca dengan tenang dengan udara yang segar.


Lorong samping perpustakaan C2O yang mengusung tema outdoor and fresh yang juga digunakan untuk tempat baca para pengunjung perpustakaan. Foto: Tina suarasurabaya.net

Sedangkan di sisi paling belakang, terdapat ruangan yang biasanya digunakan komunitas maupun pihak C2O untuk mengadakan workshop, seminar, diskusi maupun kegiatan kolaborasi lain. Hal itu selaras dengan konsep perpustakaan C2O yang mengusung tema collabtive.

Di lantai dua, terdapat ruangan co-working yang berguna bagi para pembaca yang ingin lebih aktif berdiskusi. Disana pembaca juga bisa membaca sambil menikmati suasana yang nyaman dari balkon.

Perpustakaan Anak Muda

C2O Library & Collabtive dikenal memang perpustakaan yang digandrungi oleh para anak muda. Kesan fresh yang ada di perpustakaan juga didorong dari para pengelola perpustakaan C2O yang masih tergolong muda.

Namun pihaknya membantah jika sejak awal perpustakaan C2O ditujukan bagi anak muda saja. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, koleksi buku yang ada disana mayoritas memang buku akademik dan buku riset.

“Sebenarnya nggak spesifik anak muda sih, namun siapa saja yang ingin mengakses perpustakaan, jadi semua orang bisa datang. Namun karena seiring berjalannya waktu, buku-buku yang ada disini memang untuk yang akademik, riset, jadi yang membaca dan mengakses itu kebanyakan juga anak muda. Tapi usia lanjut sampai anak-anak pun ada, tapi nggak yang dominan,” ungkap Juli.

Kesan ini ditambah dengan desain perpustakaan sendiri yang berbeda dengan banyak banyak perpustakaan lain. Apalagi perpustakaan C2O juga aktif mengadakan berbagai kegiatan yang banyak diikuti komunitas maupun anak muda.

Buku Fisik VS Buku Digital

Berkembangnya buku-buku digital atau e-book tak luput dari perhatian pihak perpustakaan. Meskipun semakin marak pembaca yang aktif membaca e-book, namun pihak pengelola perpustakaan C2O tidak menganggap hal itu sebagai bentuk tantangan.

“Tantangan enggak, kita seneng aja, disini pengunjung yang datang tidak hanya membaca tapi juga berdiskusi dan berkolaborasi dengan yang lain,” ujar Juli.

Ia juga mengatakan bahwa pihak C2O Library juga tidak menyebarluaskan untuk meminta masyarakat tetap menggunakan buku fisik. Menurutnya, kedua hal itu bisa dilakukan bersamaan tergantung kebutuhan informasi masing-masing pembaca.

“Kita tidak terlalu menggebu-gebu, karena dalam menuntu ilmu, kamu akan ada cara sendiri untuk mencari sumber yang kamu butuhkan,” katanya.

Juli juga berujar, bahwa setiap perpustakaan memiliki keunggulan sendiri-sendiri. Sedangkan perpustakaan C2O sendiri lebih menonjolkan buku-buku bergenre sejarah, sosial budaya dan sastra.

“Ini memang owner, Kathleen, dia suka buku-buku yang ada di C2O sekarang. Dari kecil suka baca, genrenya sejarah, sastra, film, musik, semakin lama semakin menumpuk. Makanya pada 2008 kita buat (C2O, red) yang tujuannya memfasilitasi koleksi buku yang belum banyak ada di Surabaya, terutama (perpustkaan, red) swasta,” papar Juli.

Selain itu, adanya perpustakaan C2O semakin menambah alternatif perpustakaan di Surabaya yang mengusung konsep terbuka untuk umum dan mudah dijangkau. (tna/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
26o
Kurs