Jumat, 26 April 2024

Tak Hanya Gengsi, Barang Mewah Juga Investasi

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi.

Budaya thrifting atau jual beli barang bekas mungkin sudah tidak asing didengar, terutama untuk anak-anak muda. Namun, dengan semakin maraknya konsumsi barang-barang branded seperti sepatu Yeezy dan tas Chanel, pasar untuk komoditas pre-loved mewah pun meningkat. Namun, apa yang membuat luxury thrifting berbeda dengan kegiatan thrifting sebelumnya?

Thrifting sendiri mengacu pada aktivitas jual beli barang-barang bekas. Sebenarnya, thrifting bukanlah aktivitas yang baru, tetapi sudah lama terinjeksi ke dalam kultur Indonesia. Yang membedakan adalah stigma para pembeli barang-barang bekas tersebut.

Jika dahulu secondhand buyers identik dengan kalangan bawah, thrifting saat ini telah menjadi gaya hidup yang dianut di semua kalangan ekonomi. Hal inilah yang juga mendorong merajarelanya aktivitas luxury thrifting.

Tak hanya bertujuan untuk mengurangi limbah produksi dan memperoleh barang-barang yang unik dengan harga yang lebih murah, luxury thrifting juga melebarkan pasar barang-barang mewah.

Pertama, kegiatan jual beli barang bekas tentu memberikan akses bagi pembeli untuk menggunakan barang-barang bermerek. Namun, yang unik adalah bagi pembeli tangan pertama yang semakin tidak ragu untuk membeli barang-barang bermerek karena dapat dijual kembali.

Nycta Gina, selebriti Indonesia, merupakan salah satu orang yang berpartisipasi dalam jual beli barang bekas mewah.

“Ternyata tas bisa jadi uang lagi kalau udah bosen. Buat aku misalnya, punya tas terus bosen dan pengen yang lain, biar modelnya enggak menumpuk, aku jual lagi terus ganti yang lain,” kata Gina kepada Viva.

Namun, efek dari luxury pre-loved market yang paling menarik adalah bagaimana konsumen berubah menjadi investor.

Walaupun ada banyak produk mahal yang harganya jatuh setelah memasuki pasar barang bekas, ada banyak pula produk-produk tak lekang waktu yang harganya justru meningkat setelah beberapa tahun layaknya harga emas.

Karena ini, pembeli barang-barang mewah semakin banyak karena mereka berniat untuk menjualnya di kemudian hari.

Perlu dicatat, luxury thrifting berbeda dengan menjual ulang barang-barang baru. Melalui luxury thrifting, konsumer tetap bisa menggunakan barang mewah tanpa perlu mengeluarkan uang yang besar.

Saat ini, sudah banyak outlet-outlet daring yang menjual barang-barang mewah preloved dengan layanan autentikasi. Contoh yang paling terkenal di Indonesia adalah Tinkerlust.

Namun, sama seperti thrifting pada umumnya, luxury thrifting juga membutuhkan ketekunan untuk mencari barang yang tepat dengan harga yang tepat pula. Oleh karena itu, consumer harus pandai-pandai mencari di berbagai macam outlet lainnya seperti Reebonz, Tradesy, atau mungkin Ebay.(berbagai/vrn/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
31o
Kurs