Rabu, 17 April 2024

Melampiaskan Stres di Rage Room Tidak Menyelesaikan Masalah, Begini Cara yang Sehat

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi Rage room. Foto: https://seattlemag.com/

Dokter Brihastami Sawitri Psikiatri di Rumah Sakit Airlangga Surabaya menjelaskan, stres dan frustasi adalah dua hal yang saling dikaitkan dan kerap dianggap sama padahal sebenarnya keduanya berbeda. Frustasi, kata dia, tingkatannya sudah di atas stres.

“Kalau frustasi adalah perasaan-perasaan negatif yang bisa jadi hasil dari stres yang ditumpuk-tumpuk yang tidak sesuai dengan harapan kita. Kalau stres tidak selalu buruk, ada eustress yaitu stres yang positif dan distress yang bersifat negatif,” ujarnya saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Minggu (9/1/2022).

Meski demikian, Brihastami mengatakan, apapun jenisnya, stres tetap saja bisa mengancam keseimbangan tubuh seseorang. Baik secara fisik maupun psikis.

Dia mencontohkan eustress seperti saat ujian tiba yang membuat orang belajar agar mendapat hasil yang baik. Sedangkan distres biasanya berupa perasaan marah, kecewa, dan putus asa. Distres yang tidak segera diatasi bisa menimbulkan frustasi atau berujung stres kronis.

Brihastami mengatakan, ada banyak cara untuk coping mechanism (menghadapi atau mengendalikan stres). Mulai dari cara yang sehat, kurang sehat, hingga yang tidak sehat.

Beberapa waktu belakangan bermunculan rage room atau ruang amarah yang memberikan fasilitas bagi seseorang untuk melampiaskan amarah dengan cara menghancurkan benda-benda.

“Yang dikhawatirkan ini coping mechanism yang sifatnya sementara. Orang merasa lebih baik tapi masalahnya tidak selesai. Bisa jadi besok-besok akan coba lagi. Padahal masih ada cara yang lebih sehat. Menurut penelitian juga, merusak barang tidak selalu membuat stres dan frustasi mereda. Sehingga perlu dipertanyakan efektif atau tidaknya,” katanya.

Brihastami sendiri menggolongkan cara melampiaskan stres dengan cara melampiaskan amarah dengan menghancurkan benda-benda di rage room termasuk kurang sehat. Karena menurutnya masih ada cara lain yang lebih sehat daripada itu. Misalnya dengan berolahraga, atau bonding dengan teman dan mencoba hal-hal baru.

Lebih dalam lagi dia menilai, stres perlu untuk dikelola dan diselesaikan dengan cara yang efektif. “Boleh take a break, tarik nafas dalam karena secara penelitian ini bisa menurunkan respon stres sehingga bisa berfikir lebih jernih,” katanya.

“Kalau pikiran sudah tenang, diri ini bisa menganalisis, bisa memvalidasi, apa sebenarnya yang membuat dirinya marah, sedih, kecewa, atau putus asa? Apakah perlu disalurkan dengan marah yang sedemikian rupa? Bagaimana dampaknya nanti? Lalu langkah selanjutnya seperti apa?” ujarnya.

Dalam proses itu pun, masih perlu dipilah lagi karena semua stres yang ditekan, ditumpuk, dan tidak terselesaikan akan menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja.(dfn/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Rabu, 17 April 2024
27o
Kurs