Senin, 27 Mei 2024

Ketua IDAI Ungkap Adanya Tren Diabetes Tipe 2 Pada Anak dan Remaja

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi alat pengecekan untuk melihat kadar diabetes. Foto: istimewa

Piprim Basarah Yanuarso Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan adanya tren diabetes tipe dua pada anak dan remaja yang muncul karena faktor gaya hidup tidak sehat.

“Sekarang yang mengkhawatirkan adalah tren diabetes tipe 2 pada remaja dan anak. Yang harusnya muncul di usia 40 tahun ke atas, ini sudah ditarik lebih prematur lagi ke anak-anak. Jadi anak-anak sekarang sudah banyak yang diabetes tipe 2,” ungkap Piprim di Gedung Dr R Soeharto, Jakarta Pusat, Kamis (2/3/2023).

“Tipe 2 ini ada faktor genetik sedikit, tapi faktor gaya hidup, faktor pola makan itu yang sangat-sangat penting. Nah pola makan seperti apa? Kalau kita lihat, dasar dari diabetes tipe 2 adalah resisten insulin,” sambungnya.

Mengutip Antara, resisten insulin adalah gangguan penyerapan glukosa pada otot dan peningkatan produksi glukosa oleh hati. Penyebab dari resisten insulin adalah karena mengonsumsi makanan yang bersifat manis dan karbohidrat.

Lebih lanjut, Piprim mengingatkan gaya hidup mengonsumsi junk food menjadi salah satu penyebab anak mengalami diabetes tipe 2. Sebab makanan-makanan tersebut mengandung tinggi gula hingga tinggi tepung.

“70 persen anak diabetes itu obesitas. Hanya 30 persen anak diabetes tipe 2 yang tidak obesitas. Jadi kalau tipe 2 nanti kaitannya dengan obesitas, sindrom metabolik. Tapi tipe 1 biasanya kurus,” terangnya.

Piprim juga mengingatkan diabetes memiliki bahaya jangka panjang. Misalnya bisa mengakibatkan gangguan pada mata, diabetic retinopathy yang bisa menyebabkan kebutaan.

Kemudian, bisa juga terkena gagal ginjal kronik, serangan jantung, stroke hingga penyumbatan pembuluh darah di kaki yang berisiko diamputasi.

“Jadi, sekarang kita harus kembali dengan jargonnya, yang merusak masyarakat itu adalah junk food. Makanan, snack, segala macam yang ada barcode-nya. Lawan dari junk food adalah real food, makanan yang tidak punya barcode. Misalnya ikan, telur, ayam, sayuran, tahu dan tempe,” katanya.

“Ayo kembali ke real food. Kembali ke makanan Indonesia, makanan tradisional kita, makanan nenek moyang kita itu jauh menyehatkan. Kaya protein hewani dan nabati. Tapi anak-anak, balita khususnya, itu hewaninya dulu yang dipenuhi,” pesan Piprim.(ant/dfn/rid)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Surabaya
Senin, 27 Mei 2024
25o
Kurs