Minggu, 19 Mei 2024

Penggunaan Headphone dan Earbud Bisa Memengaruhi Cara Otak Memproses Suara

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi mendengarkan musik dengan headphone. Ilustrasi mendengarkan musik dengan headphone. Foto: iStock

Pakar audiologi memperingatkan para pengguna earbud dan headphone, bahwa memblokir kebisingan latar belakang bisa memengaruhi cara otak memproses suara serta mengurangi kesadaran terhadap lingkungan sekitar.

Josh Gordon Kepala Bagian Inovasi Teknologi Geonode, perusahaan teknologi Singapura mengatakan, earbud peredam bising bisa menghadirkan keheningan, tetapi juga dapat membuat seseorang tidak bisa mendengarkan hal lain di sekitarnya yang mungkin membahayakan.

Selain itu, paparan suara keras dalam jangka waktu lama atau bahkan hanya satu kali saja dapat menyebabkan gangguan pendengaran, karena suara yang menggelegar dapat merusak sel dan membran di telinga bagian dalam.

Lalu, selain bisa menyebabkan gangguan pendengaran, polusi suara juga dikaitkan dengan peningkatan stres, tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan penurunan produktivitas.

Menurut siaran informasi Organisasi Kesehatan Dunia, orang dewasa dapat dengan aman mendengarkan kebisingan 80 desibel hingga 40 jam seminggu.

Sementara suara mesin sepeda motor yang menyala sekitar 95 desibel, sedangkan suara penanda kedatangan kereta bawah tanah dan acara olahraga sekitar 100 desibel, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat.

Dalam hal tersebut, kata Gordon, penggunaan penyuara jemala peredam bising bermanfaat karena bisa mengurangi kebisingan 20 hingga 40 desibel. Namun teknologi ini bukannya tanpa risiko.

Adapun David McAlpine, direktur akademik Macquarie University Hearing di Australia, mengatakan bahwa suara keras yang intens dapat merusak pendengaran, jadi ada situasi di mana penyuara jemala peredam bising bermanfaat.

Tetapi, pada saat yang sama kebisingan latar belakang sangat penting untuk orientasi lingkungan.

Oleh karena itu, McAlpine juga merekomendasikan penggunaan penyuara jemala peredam bising di lokasi konstruksi, militer, konser, atau tempat kerja yang bising seperti kafe untuk mencegah gangguan pendengaran.

Selanjutnya, Ruth Reisman ahli audiologi klinis di Negara Bagian New York mengatakan kepada Fox News Digital bahwa teknologi itu juga bermanfaat bagi orang-orang yang menderita hyperacusis (gangguan pendengaran langka) atau autisme.

Dia merekomendasikan pembatasan penggunaan perangkat itu dua hingga tiga jam dalam sehari.

Lebih lanjut, Joel Smith pakar audio yang berbasis di California mengingatkan bahwa earbud harus dibersihkan setidaknya seminggu sekali menggunakan sikat berbulu lembut untuk menghilangkan lilin dan kotoran serta tisu beralkohol untuk membunuh virus, bakteri, atau jamur yang dapat menyebabkan infeksi telinga. (ant/sya/saf/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya
Kurs
Exit mobile version