Selasa, 11 November 2025

Bung Bebek en de Princess, Buku Cerita Anak Karya Wieteke Van Dort Diluncurkan di Suara Surabaya Centre

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Peluncuran buku cerita anak dengan judul “Bung Bebek en de Princess” karya Wieteke Van Dorta di Suara Surabaya Centre, Jalan Bukit Darmo 22-24 Kota Surabaya, Jumat (7/11/2025) malam. Foto: Hilmy Suara Surabaya

Sebuah buku cerita anak dengan judul “Bung Bebek en de Princess” diluncurkan di Suara Surabaya Centre, Jalan Bukit Darmo 22-24 Kota Surabaya, Jumat (7/11/2025) malam. Buku ini merupakan sebuah karya unik yang memadukan literasi Barat dan Timur dalam satu kemasan menarik.

Buku ini menjadi istimewa karena ditulis dalam dua aksara: bahasa Belanda menggunakan aksara Latin dan bahasa Indonesia dalam aksara Jawa. Karya ini berasal dari tulisan penyanyi legendaris kelahiran Surabaya, Wieteke Van Dort, yang semasa hidupnya dikenal lewat lagu-lagu bernuansa Indonesia seperti Ajoen Ajoen dan Geef Mij Maar Nasi Goreng. Meski Wieteke telah berpulang pada 2024, naskah cerita ini baru dipublikasikan tahun ini sebagai bentuk penghormatan terhadap warisannya.

Michiel Eduard, Ketua Stichting Anak Mas di Belanda sekaligus anak angkat Wieteke Van Dort, menjadi sosok penting di balik penerbitan buku ini. Ia menerjemahkan tulisan asli Wieteke dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Sementara transliterasi ke aksara Jawa dilakukan oleh Ita Surojoyo, dan ilustrasi buku digarap oleh Rik van der Burg.

“Wieteke Van Dort semasa hidupnya mulai remaja hingga dewasa itu cinta Indonesia termasuk Surabaya. Itu terlihat dari busana kebaya yang ia kenakan dan lagu-lagu yang ia bawakan. Karena itu untuk mengenang beliau, saya terbitkan hasil tulisan beliau yang kami beri judul Bung Bebek en de Princess,” ujar Michiel Eduard.

Buku cerita anak dengan judul Bung Bebek en de Princess karya Wieteke Van Dort. Foto: Rajapatni

Secara visual, buku ini dikemas penuh warna dan ilustrasi bercorak budaya Jawa. Tokoh utama, Dewi Melati, digambarkan mengenakan kebaya dengan latar persawahan khas tanah Jawa. Cerita ini mengajarkan nilai-nilai pendidikan seperti kejujuran, keberanian, dan pantang menyerah — nilai yang disampaikan lewat gaya bercerita ringan dan imajinatif.

Lebih dari sekadar hiburan, buku ini juga menjadi sarana memperkenalkan aksara Jawa kepada anak-anak. Melalui pendekatan Kemata, Kewaca, Ketata, dan Kerasa yang dikembangkan komunitas Puri Aksara Rajapatni di Surabaya, anak-anak diajak mengenal, membaca, dan memahami makna aksara Jawa secara kontekstual.

“Kemata itu terlihat mata, Kewaca terbaca, Ketata bisa menyusun kata-kata baik manual maupun digital, dan Kerasa itu dapat merasakan makna kata serta kalimat dalam aksara Jawa,” jelas A. Hermas Thony, pembina Puri Aksara Rajapatni sekaligus inisiator Raperda Pemajuan Kebudayaan Kejuangan dan Kepahlawanan Surabaya.

Peluncuran “Bung Bebek en de Princess” di Suara Surabaya Centre ini menjadi momentum penting bagi pemajuan literasi anak dan pelestarian aksara Jawa. Selain mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan Belanda, buku ini juga menegaskan bahwa karya sastra anak bisa menjadi jembatan lintas budaya yang menginspirasi generasi muda.

Sekadar diketahui, Suara Surabaya Centre adalah gedung multifungsi yang dimiliki oleh Suara Surabaya Media. Terletak di Jalan Raya Bukit Darmo No. 22-24, Surabaya, gedung empat lantai ini didesain sebagai tempat yang terbuka untuk publik dengan berbagai kegiatan komunitas dan acara. Suara Surabaya Centre memiliki berbagai fasilitas seperti ruang meeting, exhibition, event space, studio podcast, dan tenant food traffic. Gedung ini juga dapat digunakan untuk berbagai acara, termasuk pernikahan, kreatif, meeting, dan pameran, dan dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang lengkap.(iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Selasa, 11 November 2025
26o
Kurs