Selasa, 28 Oktober 2025

Dokter Peringatkan Risiko Kesehatan di Balik Tren Thrifting Pakaian Bekas

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi pakaian bekas. Foto: Pixabay

Dokter Arini Widodo, SM, SpDVE spesialis kulit dan kelamin mengungkapkan beragam risiko kesehatan yang mungkin dihadapi seseorang ketika melakukan thrifting pakaian bekas.

Menurutnya, potensi seseorang terkena infeksi kulit begitu besar karena ada banyak beragam penyakit, yang bisa muncul saat prosedur penjualan pakaian bekas baik dari awal hingga akhirnya dibeli konsumen.

“Pakaian bekas ini tidak bisa dijamin kebersihannya, baik dari proses penjualannya, pengirimannya, ataupun kebersihan dari pemakai sebelumnya. Agen infeksi baik dari bakteri, jamur, virus dan parasit (tungau dan kutu) berpotensi menyebar melalui pakaian tersebut,” katanya dilansir dari Antara, Senin (27/10/2025).

Misalnya untuk agen parasit, baju bekas yang telah menjadi sarang parasit tungau dapat menyebabkan seseorang mengalami scabies atau kudis yang membuat kulit terasa gatal dan apabila di malam hari keinginan menggaruk biasanya terjadi lebih sering oleh penderitanya.

Lalu apabila baju bekas tersebut terlalu lama disimpan dan berdebu maka penggunanya bisa mengalami eksim, kulit seseorang dapat menjadi gatal dan meradang. Apabila tidak ditangani dengan tepat dan terus digaruk maka kulit penderitanya bisa saja melepuh.

Dokter yang juga Kepala Departemen Dermatologi UKRIDA itu juga mengatakan kesehatan juga dapat terganggu akibat proses thrifting baju bekas karena beberapa konsumen mencoba-coba pakaian terlebih dahulu tanpa mengamati langkah-langkah keamanan.

“Hal ini bisa menyebabkan berpindahnya cairan-cairan tubuh antara konsumen yang satu dengan yang lainnya,” kata anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) itu.

Cairan-cairan tubuh seperti keringat ataupun air liur juga termasuk sebagai medium yang mungkin menyebabkan infeksi pada seseorang dan tentunya ini menjadi risiko yang tak kalah berbahaya apabila ternyata agen infeksinya bertahan di pakaian bekas tersebut.

Dokter Arini menyebutkan pernah ada temuan bahwa pakaian bekas bisa menyimpan virus pernafasan seperti influenza, dan pakaian bekas tersebut yang melewati banyak tangan sebelum mencapai konsumen terakhir tentunya membentuk rute penularan infeksi.

Selain itu, masalah kesehatan lainnya yang dapat timbul dalam thrifting baju bekas juga bisa bersumber dari bahan kimia yang disemprotkan maupun digunakan penjual untuk mendisinfeksi pakaian bekas.

“Penyemprotan ini juga bisa menimbulkan efek samping lain jika uap dari bahan kimia ini terhirup secara terus menerus. Biasanya efek yang bisa timbul antara lain sakit kepala, pusing, vertigo, mual, muntah, penglihatan kabur, dan bahkan mungkin bisa kejang – kejang,” kata Arini. (ant/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Surabaya
Selasa, 28 Oktober 2025
27o
Kurs