Cuaca panas ekstrem tengah melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Suhu udara bahkan mencapai 37–41 derajat Celsius di beberapa kota besar, termasuk Surabaya. Di saat yang sama, Kementerian Kesehatan mencatat adanya lonjakan kasus penyakit influenza dan sejenisnya.
Pertanyaannya, apakah kondisi ini saling berkaitan? menurut dr. Ari Baskoro Spesialis Penyakit Dalam dan Imunolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, suhu yang tinggi memang dapat menurunkan daya tahan tubuh hingga memicu penyakit seperti influenza bahkan heat stroke.
“Kalau kita lihat ya, memang ada namanya influenza musiman. Jadi walaupun kondisi panas seperti sekarang ini atau nanti misalnya musim dingin, ada korelasinya dengan influenza memang. Justru itu menariknya di situ,” ujar dr. Ari kepada suarasurabaya.net, Minggu (19/10/2025).
Menurutnya, laporan peningkatan kasus influenza sebetulnya tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara Asia Tenggara.
“Sekarang ini yang banyak melaporkan justru Malaysia itu, sampai beberapa sekolah diliburkan. Thailand, Singapura juga melaporkan hal yang sama. Jadi saya beberapa hari yang lalu dengar informasi dari Kementerian Kesehatan, memang angka influenza dan sejenisnya meningkat (akibat cuaca panas),” katanya.
Imunolog Unair itu menjelaskan bahwa istilah medisnya disebut Influenza-Like Illness/ILI, yaitu penyakit yang secara klinis mirip dengan influenza, baik dari gejala, penanganan, maupun pencegahannya.
Salah satu penyebab meningkatnya kasus ini, kata dr. Ari. adalah penurunan sistem imun akibat paparan panas berlebih.
“Satu yang jelas memang pengaruhnya di sistem imun. Sistem imun itu mengalami tekanan, karena proses UV itu jelas mempengaruhi imunitas. Selain itu juga ada unsur dehidrasi,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa paparan panas ekstrem dan polusi udara juga dapat mengiritasi saluran napas. Kalau panas dan polutan meningkat, bisa menyebabkan erosi di saluran napas.
“Ditambah kalau kondisi tubuh lelah, dehidrasi, dan imunitas menurun, jelas mempengaruhi kerentanan terhadap virus-virus seperti influenza,” paparnya.
Hindari Aktivitas Luar Ruangan saat Sinar UV Tinggi
Menyoroti tingginya intensitas sinar ultraviolet (UV) di Surabaya beberapa hari terakhir, dr. Ari mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati pada jam-jam tertentu. Khususnya ketika jam 10 pagi sampai kurang lebih jam 3-4 sore.
“Itu sebaiknya dihindari karena intensitas ultravioletnya tinggi. Sekarang ini di titik siang bisa sampai tujuh (indeks UV), bahkan lebih. Padahal manusia aman itu di bawah tiga,” jelasnya.
Bagi warga yang tetap harus beraktivitas di luar ruangan, ia menyarankan penggunaan pelindung diri seperti jaket, kaus tangan, kaus kaki, serta tabir surya, baik sunblock maupun sunscreen.
“Khususnya perempuan itu jangan lupa sunblock atau sunscreen ya. Itu sangat bermanfaat untuk mengurangi risiko paparan UV,” katanya.
Selain risiko infeksi, dr. Ari juga mengingatkan kalau paparan panas ekstrem juga bisa menyebabkan kondisi akut seperti heat stroke, terutama pada orang yang berolahraga di bawah terik matahari.
“Kalau akut itu mungkin pernah dengar istilah heat stroke. Itu sering pada pelari jarak jauh misalnya, kalau aktivitas di luar ruang. Tubuh memproduksi panas berlebihan tapi enggak mampu mengeluarkan. Orangnya bisa pingsan,” terang dr. Ari.
Ia juga mengingatkan bahwa paparan panas dalam jangka panjang dapat memicu gangguan retina bahkan kanker kulit. “Paparan UV yang tinggi itu berisiko untuk banyak hal. Bisa memicu kelainan retina, dan pada orang-orang tertentu, risiko kanker kulit juga meningkat,” ujarnya.
Jaga Asupan Cairan dan Nutrisi
Untuk menjaga daya tahan tubuh, dr. Ari menekankan pentingnya hidrasi dan konsumsi makanan bergizi. Ia menegaskan risiko dehidrasi sangat tinggi di cuaca yang seperti ini.
“Jadi selama kita banyak minum, kecukupannya bagus, bahkan kalau bisa dilebihi, insyaallah lebih aman,” katanya.
Ia juga menyarankan agar memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Menurutnya, buah memiliki banyak komponen, selain vitamin juga banyak antioksidan yang penting sekali untuk perlawanan terhadap virus seperti influenza.
Terakhir, dr. Ari mengimbau masyarakat agar tidak memaksakan diri beraktivitas di luar ruangan pada suhu ekstrem.
“Kalau memungkinkan, pada jam-jam tertentu jangan aktivitas di luar ruang. Tapi kalau memang terpaksa, ya pakai pelindung dan jangan lupa minum cukup air,” pesannya. (bil/iss)
NOW ON AIR SSFM 100
