Industri hiburan tengah menghadapi transformasi besar berkat fenomena micro-drama, format video pendek asal China yang dirancang khusus untuk perangkat mobile. Dari pasar domestik, micro-drama kini menjadi kekuatan finansial global berkat lonjakan pendapatan yang signifikan.
Micro-drama, atau serial video berdurasi satu hingga lima menit per episode, direkam dalam format vertikal layar penuh agar optimal ditonton lewat smartphone. Ceritanya bergerak cepat dengan cliffhanger di setiap episode, memaksa penonton segera melanjutkan episode berikutnya. Tema yang populer meliputi melodrama, balas dendam, perjalanan waktu, dan romansa intens, termasuk kisah CEO dan drama keluarga.
Data terbaru Variety menunjukkan, pada paruh pertama 2025, pendapatan global micro-drama dari pembelian dalam aplikasi mencapai sekitar 1,08 miliar dolar AS, meningkat 158 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Meski komunitas video pendek global hampir 2 miliar orang, hanya 80 juta pengguna aktif terlibat dalam micro-drama, menyisakan potensi pasar sekitar 900 juta calon pengguna.
Satrio Pamungkas pengamat sekaligus produser film menyoroti perubahan selera penonton yang signifikan. Menurut dosen di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu kebiasaan memegang smartphone telah menggeser cara masyarakat menikmati hiburan.
Ia menyebut penonton kini lebih responsif secara emosional. Bukan sekadar marah atau kesal, tetapi juga mengalami cinta, kebahagiaan, dan kesedihan dalam intensitas tinggi.
“Emosi itu tak hanya soal menonton, tapi juga memengaruhi cara kita mendengar musik, berkomunikasi, dan berinteraksi sehari-hari. Layar vertikal smartphone membuat pengalaman ini terasa lebih personal,” jelas Satrio dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Rabu (19/11/2025) pagi.
Ia menambahkan bahwa kebiasaan menyendiri dengan perangkat masing-masing membuat micro-drama lebih digemari karena mampu memberikan ledakan emosi instan.
Satrio menilai, penonton modern membutuhkan pengalaman hiburan yang cepat dan penuh intensitas. Editing micro-drama yang singkat namun padat menghadirkan romantisme dan kesedihan secara langsung, membuat durasi pendek menjadi kekuatan utama format ini.
Rasio aspek vertikal 19:6 juga dianggap tepat untuk memaksimalkan pengalaman menonton pada layar ponsel.
“Penonton saat ini bereaksi sangat cepat. Mereka ingin sesuatu yang langsung terasa, dan micro-drama menawarkan hal itu,” tambah Satrio.
Pendekatan ini menjadikan micro-drama lebih efektif dalam membangun keterikatan emosional dibandingkan serial tradisional berdurasi panjang.
Keberhasilan micro-drama tidak lepas dari strategi cerdas China dalam membaca pasar. Satrio menekankan bahwa produsen di China tidak hanya fokus pada konten, tetapi juga mempelajari psikologi dan kebiasaan pengguna.
Promosi dilakukan tidak hanya melalui platform video, tetapi juga melalui ponsel yang mereka jual, di mana iklan dan rekomendasi aplikasi micro-drama muncul sejak pertama kali pengguna membuka perangkat buatan China.
Menurut Satrio, strategi ini secara halus memengaruhi alam bawah sadar pengguna, sehingga mereka lebih mudah terlibat dalam konten dan menikmati pengalaman hiburan secara instan.
“Setiap kali kita menggunakan ponsel buatan China, kita akan disuguhi iklan sebelum masuk ke aplikasi. Ini mengubah konsentrasi dan psikologi kita tanpa disadari,” jelasnya.
Pertumbuhan micro-drama juga didukung oleh rumah produksi di China yang semakin banyak dan berpengalaman. Satrio menyoroti sejarah panjang industri film China, termasuk kontribusi Wong Brothers terhadap perfilman Asia.
Pengalaman ini memungkinkan produsen China memahami selera penonton global, termasuk pasar Indonesia, dengan riset yang matang dan pendekatan produksi yang sistematis.
“Jadi PH di China itu sudah sadar betul tentang bagaimana orang Indonesia ini. Bukan hanya Indonesia, bahkan pasar global. Mereka sudah riset lebih jauh terkait ini semua,” ujarnya.
Dengan skala produksi yang besar, pemahaman psikologi penonton, dan strategi distribusi yang cerdas, micro-drama berpotensi menjadi industri yang berkelanjutan. Format ini tidak hanya menguasai pasar domestik, melainkan juga menembus pasar global, menciptakan ekosistem hiburan yang baru dan menguntungkan. (saf/ipg)
NOW ON AIR SSFM 100
