
Kompleksitas problematika wanita dapat diselesaikan jika wanita memiliki kesadaran dan pandai mengelola konflik tersebut. Demikian ungkap Dra. SOERJANTINI RAHAJU, M.A. Dosen Psikologi Universitas Surabaya, dalam diskusi internal “Problematika Wanita Masa Kini” yang digelar Radio Giga, Sabtu (24/03), di Gedung Suara Surabaya Media.
Menurut RAHAJU, setiap manusia pasti punya permasalahan dalam setiap perkembangan hidupnya. Mulai bayi hingga tua, setiap permasalahan yang dihadapi memiliki karakteristik, tugas perkembangan, kendala dan tantangan tersendiri yang khas.
Seperti contohnya perkembangan di usia 20-25 tahun. Di usia ini, papar RAHAJU, problematika yang sering muncul antara lain, masalah dalam studi dan pengembangan minat, dan potensi diri. Selain itu, perbedaan pilihan dengan keluarga, merasa bingung atau tidak tahu pilihan, masalah dalam hubungan dengan calon pasangan, dan sebagainya.
Bagaimana menyelesaikan konflik seperti ini, RAHAJU menjelaskan, pada usia tersebut keragu-raguan pasti selalu muncul. Mulai dari memilih studi sesuai bakat dan minat, memilih calon pendamping, dan masih banyak lagi.
“Sering kali kita menjalani hidup ini, tapi kita tidak tahu tugas dan tuntutan apa yang harus kita jalankan. Misalnya, wanita di usia 20-25 tahun berdandan dan bergaya sedikit genit. Tentu saja itu hal yang wajar, dibandingkan yang berdandan dan bergaya genit itu adalah wanita berusia 45 tahun ke atas,”jelasnya.
Sedangkan, di usia 25-35 tahun tugas perkembangan utamanya antara lain, bagaimana mencapai kemandirian secara finansial, membina rumah tangga, dan belajar peran sebagai orang tua. Problematika yang sering muncul, penyesuaian perkawinan, berperan sebagai suami/istri, menantu, ayah/ibu, dan sebagainya.
Kata RAHAJU ada tuntutan di lingkungan sosial, seorang ibu sedikit pun tidak boleh salah dalam mengurus rumah tangganya. Jika anaknya tiba-tiba sakit, pasti yang paling pertama ditanya adalah ibunya.
Untuk menyelesaikan masalah ini, sejak dini harus selalu dipahami, yang menikah itu adalah dua orang, laki-laki dan perempuan. “Jadi, saat pacaran, si perempuan harus bertanya pada calonnya, apakah di rumahnya ia biasa melakukan tugas domestik (pekerjaan rumah tangga). Jika tidak terbiasa, maka dalam berumah tangga, istri tidak akan kaget saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habis-habisnya,”ungkapnya.
Sementara problematika perkembangan di usia 35-45 tahun, yang sering muncul antara lain, kejenuhan dalam perkawinan, kesulitan dalam menjalin relasi dengan anak, konflik kepentingan keluarga vs karir, karir yang tidak berkembang dihadapkan dengan realitas dan harapan, dan sebagainya.
Teks Foto:
– SOERJANTINI RAHAJU saat menjelaskan ‘Problematika Wanita Masa Kini’ berdasarkan tinjauan psikologi didampingi ADI RIFI On Air Manager Radio Giga (kanan)
Foto : MUNING suarasurabaya.net