Masyarakat Ponorogo awalnya menyebut tradisi Balon Lebaran dengan “umbulan” atau “ombolan”, yang berarti menerbangkan seperti bulan, dan dengan perkembangan zaman kini disebut balon. Tradisi ini digelar di Lapangan Nongkodono, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, pada H+7 Lebaran.
Dilansir Antara, nilai filosofi kehidupan yang ada pada Balon Lebaran Ponorogo adalah balon yang diterbangkan oleh banyak orang secara gembira menggunakan api. Sehingga dapat menerbangkan balon hingga ke awan yang menghitam.
Asap yang berarti dosa bermakna manusia selama hidup tidak luput dari kesalahan dan dosa. Sehingga dalam ajaran Islam bahwa Idul Fitri adalah waktu di mana manusia kembali suci dan diampuninya kesalahan dan dosa seperti bayi yang baru lahir.
Festival balon yang digelar Kementerian Perhubungan bekerja sama dengan AirNav Indonesia, kepolisian dan pemerintah daerah setempat tersebut, untuk menyosialisasikan dan melestarikan tradisi balon udara yang aman dengan cara ditambatkan menggunakan tali.
Acara ini sekaligus untuk meminimalisasi penerbangan balon udara secara liar yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan.(ant/tin/rst)