Jumat, 26 Desember 2025

Eri: Surabaya Lebih Dulu Terapkan Kebijakan Hapus PR dan Sekolah Masuk Pukul 06.30 WIB Sejak 2022

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya saat memberi keterangan kepada awak media di salah satu minimarket kawasan Dharmahusada Surabaya, Selasa (10/6/2025). Foto: Risky suarasurabaya.net

Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menyebut kebijakan Dedi Mulyadi (KDM) Gubernur Jawa Barat (Jabar) menghapus pekerjaan rumah (PR) dan menerapkan jam masuk sekolah pukul 06.30 WIB, sebenarnya telah lebih dulu diterapkan di Surabaya sejak 2022 lalu.

Menurut Wali Kota, jam masuk sekolah di Surabaya dulu dimulai pukul 07.00 WIB sebelum akhirnya dimajukan menjadi pukul 06.30 WIB, hingga 11.30 WIB. Setelah itu, siswa mengikuti program sekolah kebangsaan, yang mencakup wawasan kebangsaan dan pengembangan bakat minat.

“Masuknya itu mulai 6.30 WIB sampai 11.30 WIB. Karena waktunya kita sampai pukul 11.30 WIB, sampai salat dzuhur, setelah berjamaah langsung kita melakukan sekolah kebangsaan, wawasan kebangsaan, dan bakat minat,” ujar Eri, Kamis (12/6/2025).

Sementara untuk penghapusan PR, Eri menegaskan kebijakan itu juga sudah diterapkan sejak 2022. Tujuannya agar siswa tidak terbebani tugas sekolah saat di rumah, sehingga punya lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan keluarga.

“Karena adanya sekolah kebangsaan itu, siswa bisa sekaligus menyelesaikan tugas-tugasnya di sekolah. Sehingga setelah kembali pulang ke rumah, dia tidak ada lagi PR yang dibebankan. Karena apa? Saya ingin Arek-Arek Suroboyo banyak berinteraksi dengan keluarga, banyak berinteraksi dengan masyarakat, sehingga itu akan membentuk karakter anak,” jelasnya.

“(Pokoknya–red) sejak 2022 wis (sudah) sekolah kebangsaan, wis nggak onok (sudah tidak ada) PR, wis melbune (masuknya) 06.30 WIB itu,” tambahnya.

Ia menambahkan, pembentukan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab guru, tetapi juga orang tua. Karena dari itu, siswa juga diarahkan untuk membantu orang tua di rumah sebagai bentuk pengganti PR.

“Seperti salat berjamaah, dan lainnya. Nanti gurunya akan melakukan evaluasi, apa yang harus dilakukan, karena pembentukan karakter tidak hanya dilakukan oleh orang tua dan atau guru saja, tapi dua-duanya. Alhamdulillah sudah berjalan di Surabaya dan kalau kita lihat lulusan sekarang memang beda, karena karakternya sudah terbentuk,” tandas Eri. (lta/bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Jumat, 26 Desember 2025
32o
Kurs