
Para pekerja kemanusiaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berhasil menyalurkan sekitar 280.000 liter bahan bakar ke wilayah Gaza di tengah ketegangan, pada Kamis (19/6/2025).
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) mengatakan, PBB berhasil mengamankan pasokan bahan bakar yang sangat dibutuhkan dari Stasiun Al Tahreer di Rafah dan mengangkutnya ke Deir al Balah.
“Meski hal ini memberi sedikit waktu tambahan, jumlahnya masih jauh dari cukup. Untuk menjaga agar operasi penyelamatan nyawa dapat terus dilakukan, bahan bakar yang dibeli dari luar harus diizinkan masuk ke Gaza. Jika hal ini tidak segera dilakukan, rumah sakit, ambulans, instalasi desalinasi air laut, jaringan telepon, dan layanan penting penunjang kelangsungan hidup lainnya akan terhenti,” ungkap OCHA saat dilansir dari Antara, yang dikutip dari Xinhua, pada pada Jumat (20/6/2025).
OCHA mengatakan bahwa kekerasan kembali mengakibatkan puluhan korban tewas dan lebih banyak lagi yang terluka, termasuk di antaranya warga yang sedang mencari bantuan.
Dalam aspek logistik lainnya, OCHA mengatakan upaya-upaya untuk memperbaiki kabel serat optik yang rusak terhambat, sehingga mengakibatkan gangguan telekomunikasi besar-besaran selama tiga hari berturut-turut.
“Otoritas Israel awalnya menyetujui tetapi kemudian menghalangi pergerakan tim yang ditugaskan untuk mengidentifikasi lokasi putusnya kabel tersebut. Hal ini berdampak pada wilayah Gaza tengah dan selatan,” terangnya.
Hingga masalah tersebut terselesaikan, terang OCHA, warga terputus dari informasi penyelamat nyawa mengenai lokasi bantuan. Sedangkan, tim kemanusiaan tidak dapat berkoordinasi maupun bergerak dengan aman.
Sejak 1 Maret, pihaknya mengabarkan bahwa tidak ada bahan-bahan untuk penampungan yang masuk ke Gaza. Meskipun beberapa komoditas kemudian diizinkan masuk dalam jumlah terbatas, barang-barang seperti tenda, kayu, kain terpal, dan perlengkapan penampungan lainnya tetap dilarang.
“Hampir semua penduduk Gaza harus mengungsi berulang kali selama perang berlangsung, dan satu dari setiap tiga orang warga mengungsi kembali setidaknya sekali lagi sejak gencatan senjata terakhir kandas. Sementara itu, kondisi tempat penampungan kian memburuk dengan cepat,” terangnya.
“Akomodasi darurat terkonsentrasi di sekolah-sekolah yang hancur akibat bom, lahan-lahan publik, dan puing-puing perkotaan, sering kali melebihi kapasitas lokasi itu dan tanpa infrastruktur dasar,” tambahnya.
OCHA menyatakan pihaknya dan mitra kemanusiaannya telah menyiapkan 980.000 barang kebutuhan penampungan, termasuk hampir 50.000 tenda, yang siap diprioritaskan dan dikirim ke Gaza begitu akses masuk diberikan.
OCHA mengatakan, tim PBB telah melakukan kunjungan ke Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, yang saat ini sedang kesulitan untuk tetap beroperasi karena menghadapi tekanan berat dan kekurangan pasokan yang parah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) turut menjadi bagian dari tim yang mengunjungi kompleks tersebut, menyusul kedatangan ratusan korban luka, termasuk banyak korban yang dilaporkan diserang saat sedang menunggu bantuan makanan
Tedros Ghebreyesus Direktur Jenderal (Dirjen) WHO mengatakan, kompleks medis Nasser menampung dua kali lipat jumlah pasien dari kapasitas yang seharusnya.
Sebuah tenda bantuan WHO, yang awalnya didirikan untuk layanan pediatrik dan bedah, kini difungsikan sebagai bangsal trauma yang penuh sesak, dengan 100 tempat tidur dijejalkan ke dalam ruangan yang dirancang untuk 88 unit.
Ia mengatakan rumah sakit tersebut tidak dapat memperluas kapasitasnya karena kekurangan ventilator, monitor, dan tempat tidur serta tenaga medis yang dibutuhkan untuk mengoperasikannya.
Selain itu, OCHA juga mengatakan bahwa Kompleks Medis Nasser berada di wilayah yang telah dikenai perintah pengungsian oleh otoritas Israel sepekan yang lalu.
Meskipun fasilitas tersebut tidak diwajibkan untuk dievakuasi, akses menuju rumah sakit menjadi sangat terkendala akibat kurangnya bahan bakar untuk transportasi. Sementara, para tenaga medis dan pasien mengkhawatirkan keselamatan diri mereka.(ant/ris/faz)