
Yona Bagus Widyatmoko Ketua Komisi A DPRD Surabaya peringatkan agar pemerintah kota dalam pelaksanaan sweeping atau penertiban anak-anak saat jam malam harus dilakukan secara edukatif, humanis, dan jauh dari kesan represif.
“Prinsipnya kami mendukung langkah Pemkot Surabaya untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Tapi saya tekankan, jangan sampai sweeping ini berujung tindakan represif atau intimidatif kepada anak-anak. Pemkot Surabaya perlu melibatkan sekolah dan masyarakat dalam upaya sosialisasi aturan tersebut,” kata Yona melansir Antara, Kamis (26/6/2025).
Politisi Gerindra itu menilai, edukasi dan pendekatan persuasif harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan sweeping oleh Satpol PP, Linmas, dan aparat terkait. Menurutnya, anak-anak yang terjaring tidak boleh dipermalukan atau diperlakukan seperti pelaku kriminal.
“Namanya anak-anak, mereka harus dilibatkan dalam proses edukasi, bukan ditakut-takuti. Intinya sweeping ini harus humanis dan mendidik, bukan malah membuat anak-anak trauma,” katanya.
Yona juga menegaskan pentingnya sosialisasi yang menyeluruh di tingkat sekolah dan lingkungan masyarakat. Dia meminta Satpol PP dan Bakesbangpol bersama lurah melalui kasi keamanan dan ketertiban untuk turun langsung memberikan edukasi di sekolah-sekolah SD, SMP, hingga SMA di Surabaya.
“Operasi penertiban harus dibarengi dengan edukasi positif ke sekolah-sekolah. Anak-anak perlu tahu kenapa jam malam ini diberlakukan, tujuannya melindungi mereka, bukan mengekang,” ujarnya.
Untuk diketahui sebelumnya, Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menyatakan, sweeping jam malam anak-anak segera dimulai untuk menekan potensi kenakalan remaja. Pihaknya melibatkan Satpol PP, Linmas, dan kepolisian untuk menjalankan operasi tersebut di sejumlah titik rawan.
“Ini kita sosialisasi sekitar 10 hari, mungkin setelah minggu depan kita baru akan sweeping. Sosialisasi kita masifkan,” katanya, Rabu (25/6/2025).(ant/wld/ipg)