Selasa, 30 September 2025

Santri Korban di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Diduga Ikut Cor Bangunan sebagai Bentuk “Hukuman”

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Tampak depan IGD RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo ramai keluarga pasien korban ambruknya Ponpes Al Koziny, Senin (29/9/2025). Foto: Meilita Elaine suarasurabaya.net

Senin (29/9/2025) malam, halaman Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo mendadak sibuk menangani puluhan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran yang terluka akibat insiden gedung runtuh.

Tak hanya keluarga, sejumlah santri yang selamat dari tragedi itu, mendadak panik setiap kali ada ambulans pembawa korban hasil evakuasi dari lokasi kejadian.

Seorang santri bernama Sulaiman (18 tahun) yang selamat dari tragedi itu, menceritakan tentang “tradisi hukuman” bagi santri yang bolos kegiatan pesantren, untuk ikut membantu mengecor bangunan tiga lantai yang ambruk, Senin sore.

“Itu banyak tukang sih. (Santri) ikut membantu. Kalau santri enggak wajib. Cuma kayak hukuman. Misal kalau tidak ikut kegiatan, itu nanti disuruh bantuin ngecor,” tuturnya pada Senin (29/9/2025) malam.

Menurut santri yang sudah enam tahun menempuh pendidikan di Ponpes Al Khoziny itu, hukuman itu membuat santri membantu proses pengecoran yang dilakukan oleh tukang.

“Setelah kejadian ini, insyaallah saya pulang ke Tuban,” ungkapnya.

Sementara itu, ketika bangunan itu runtuh pada Selasa sore saat sejumlah santri sedang salat Asar, Sulaiman mengaku tidak ada di dalam bangunan yang difungsikan sebagai musala itu.

“Saya kurang tahu (kronologinya). Soalnya pada saat itu saya ada di luar. Pas di perjalanan itu ada yang sorak-sorak, ini pondoknya ambruk gitu,” katanya.

Ia datang saat bangunan sudah ambruk dengan puluhan santri tertimpa bongkahan bangunan tiga lantai yang sedang proses dicor itu.

“Pas salat, sejumlah jemaah (dan) imamnya selamat, tapi jemaahnya ada banyak yang tidak selamat,” bebernya.

Sementara itu, serita soal tradisi santri ikut proses cor itu juga disampaiukan Noer, warga asal Pandaan yang sedang menunggu keponakannya atas nama Saugik. Menurut Noer, Saugik yang bertugas membantu mengecor, juga menjadi jadi korban luka retak tangan kanan.

Cerita serupa lain juga disampaikan Rosyid warga Bangkalan yang menanti keponakannya, Ahmad Fariz, yang juga jadi korban luka.

Keponakannya bersebelahan dengan santri yang bertugas mengecor bangunan musala saat dirawat di IGD.

“Jadi lagi ngecor, jatuh, luka di wajah, kemudian giginya copot,” tandasnya. (lta/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Selasa, 30 September 2025
28o
Kurs