
Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jatim mengimbau wali santri korban ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny Sidoarjo, agar membawa dokumen santri ke Ante Morthem yang berada di Ponpes Al-Khoziny Putri, Sidoarjo.
Kombes Pol Khusnan Marzuki Kabiddokkes Polda Jatim mengatakan, hal tersebut untuk memperlancar proses identifikasi yang dilakukan oleh tim DVI Polda Jatim, di Post Mortem yang berada di RSI Siti Hajar Sidoarjo.
“Saya minta tolong pada teman-teman untuk menyampaikan kepada keluarga korban, atau yang anaknya mondok di situ dan merasa kehilangan untuk segera melaporkan ke posko ante mortem atau pos orang kehilangan, untuk mengumpulkan data-data sebelum dia meninggal,” katanya saat meninjau Post Mortem di, RSI Siti Hajar Sidoarjo, pada Kamis (2/10/2025).
Beberapa dokumen penting yang bisa membantu identifikasi, kata dia, yakni seperti foto korban, foto gigi atau panoramik gigi, sidik jari, KTP, hingga ijazah. “Gigi salah satu identifikasi primer, kemudian sidik jari itu juga termasuk primer,” ucapnya.
Jika tidak ada data primer, lanjut dia, maka tim yang bertugas akan memaksimalkan dengan menggunakan data sekunder, seperti properti yang dipakai korban, misal pakaian, cincin dan lain sebagainya.
Kedua cara itu jika masih belum bisa mengidentifikasi korban, maka akan menggunakan DNA. Namun, ia mengatakan bahwa identifikasi yang dilakukan dengan DNA memakan waktu lebih lama.
“Memang kalau menggunakan DNA itu tidak bisa cepat ya, bisa seminggu sampai dua minggu, karena selain data DNA korban, juga harus mengambil data sampel keluarga yang inti, bisa ibu atau bapaknya,” ucapnya.
Sebelumnya, AKBP dr. Adam Bimantoro Kasubbidokpol Biddokkes Polda Jatim menyatakan, pihaknya akan memprioritaskan ketepatan daripada kecepatan.
“Yang utama adalah ketepatan, bukan kecepatan. Daripada terburu-buru tetapi salah memberikan kepada keluarga lain, tentu akan menimbulkan masalah,” pungkasnya.(ris/bil/faz)