Sabtu, 11 Oktober 2025

Bayi Dugong untuk Pertama Kali Terekam di Pantai Mali NTT

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Kapal melintas di dekat dugong bernama Mawar yang kerap dijumpai oleh wisatawan di Pantai Mali, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Foto: WWF Indonesia

Bayi dugong (Dugong dugon) untuk pertama kali terlihat di Pantai Mali, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil diamati oleh anggota Forum Komunikasi Nelayan Kabola.

Onesimus La’a Ketua Forum Komunikasi Nelayan Kabola,dalam pernyataan di Jakarta, Jumat (10/10/2025), mengonfirmasi dugong jantan bernama Mawar yang merupakan penghuni perairan Pantai Mali terlihat bermain bersama bayi dugong tersebut dan betina bernama Melati.

“Kemarin anggota forum berhasil mendokumentasikan kemunculan ketiga ekor dugong tersebut bermain di dekat kapal. Jadi kami ingin pastikan lamunnya cukup untuk tiga ekor dugong, Mawar itu kan selalu berada di wilayah ini karena makanannya melimpah. Kalau perlu dilakukan rehabilitasi lamun, kelompok kami siap membantu,” katanya seperti dikutip Antara Jumat (10/10/2025).

Terkait penampakan bayi dugong di Pantai Mali, Sarmintohadi Direktur Konservasi Spesies dan Genetik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyambut baik kabar bahagia itu.

Apalagi mengingat satwa itu masuk kategori rentan atau vulnerable di daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).

“Adanya dua individu baru dugong di Alor adalah bukti nyata bahwa upaya menjaga ekosistem laut, khususnya padang lamun, membuahkan hasil. KKP terus berkomitmen untuk memperkuat konservasi dugong melalui pengelolaan kawasan konservasi perairan, pemantauan populasi dan pengawasan, serta peningkatan kesadaran masyarakat,” katanya.

Dia juga memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat, mitra, dan lembaga yang selama ini konsisten menjaga laut Alor, sehingga dugong dapat tetap hidup dan berkembang biak di habitat alaminya.

Dia mengingatkan bahwa kemunculan bayi dugong itu menjadi simbol keberhasilan konservasi berbasis masyarakat di Alor.

Ranny R Yuneni Koordinator Nasional Program Spesies Laut Dilindungi dan Terancam Punah, Yayasan WWF-Indonesia menyoroti kehadiran dua individu dugong lain selain Mawar membuktikan bahwa ekosistem lamun di Pantai Mali memiliki kualitas ekologis yang mampu menyediakan ruang hidup dan sumber pakan bagi dugong.

Sebagai langkah lanjutan, WWF-Indonesia bersama mitra pemerintah dan masyarakat berencana melaksanakan survei mamalia laut di Alor pada tahun ini, mencakup pemantauan populasi dugong, lumba-lumba, dan paus di perairan Alor.

“Survei ini akan memperkuat dasar ilmiah pengelolaan habitat mamalia laut di Alor, dengan mengaitkan data populasi dan perilaku dugong serta mamalia laut lainnya dengan kondisi padang lamun sebagai habitat utamanya,” katanya.

Upaya konservasi lamun di Alor telah dilakukan oleh WWF-Indonesia bersama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelola Taman Perairan Kepulauan Alor dan Laut Sekitarnya Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT.

Pada 2024, WWF-Indonesia melaksanakan survei awal mendukung program rehabilitasi lamun di perairan Pantai Mali. Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi padang lamun di kawasan itu termasuk kategori padat hingga sangat padat (kategori kaya/sehat) dengan tutupan 73-76 persen.

Dia mengingatkan peningkatan aktivitas wisata di sekitar habitat dugong perlu diimbangi dengan penerapan kode etik wisata dugong secara ketat untuk mencegah gangguan terhadap perilaku alami spesies tersebut.(ant/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Sabtu, 11 Oktober 2025
34o
Kurs