Selasa, 28 Oktober 2025

Pemkot Surabaya Dorong Masyarakat Hidupkan Tradisi Makam Keluarga Atasi Keterbatasan Lahan

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Arsip - Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya dan Armuji Wakil Wali Kota Surabaya ziarah Makam Pahlawan jelang 10 November, Kamis (9/11/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mendorong masyarakat menghidupkan tradisi makam keluarga untuk mengatasi keterbatasan lahan.

Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menyebut, tantangan penyediaan lahan makam di kota besar adalah meningkatnya jumlah penduduk.

“Kalau lahan makam dengan bertambahnya orang pasti tambah kurang. Karena itulah maka kita fungsikan adalah lahan makam yang perkampungan,” ujarnya mengutip keterangan pers, Senin (27/10/2025).

Pemkot Surabaya mendorong sinergi dengan pengelola makam di tingkat kampung agar pemanfaatan lahan bisa dilakukan bersama.

Ia mendorong, tradisi makam keluarga atau makam kampung perlu dihidupkan kembali.

“Jadi kita bersinergi dengan lahan makam kampung. Kalau setiap orang minta satu (lahan makam), ya habis semua tanahnya,” katanya.

Menurutnya, pertumbuhan penduduk dan keterbatasan lahan menjadi faktor utama penyusutan ruang pemakaman.

“Kemarin (jumlah penduduk) 2,7 juta, hari ini sudah 3 juta lebih, karena Surabaya didatangi orang terus. Kan tidak mungkin lahan kita digunakan menjadi lahan makam semuanya,” ujarnya.

Tradisi pemakaman keluarga yang sebelumnya lazim dilakukan oleh masyarakat Surabaya juga dilakukannya sendiri.

“Kalau makam keluarga saya di Tembok Dukuh, dulu makamnya mbahku. Ketika mbahku sudah lama (meninggal), almarhum bapak (abah) dimakamkan di sana. Lek Bapak (abah) dewe, iki dewe, lahan e sopo (kalau bapak sendiri, ini sendiri, lahannya siapa),” tuturnya.

Praktik itu solusi keterbatasan lahan, sekaligus memperkuat nilai kebersamaan antar warga.

“Nah, pemerintah kota juga tidak akan menyiapkan (lahan) semuanya untuk warga terus. Makanya kita berkolaborasi, kita bersinergi juga dengan makam-makam yang ada di kampung. Kalau warga yang ada di kampung di situ, keluarganya ya dimakamkan di situ,” jelasnya.

Ia menegaskan pengelolaan lahan makam berbasis komunitas ini jadi langkah realistis menjaga keseimbangan antara kebutuhan ruang hidup dan pemakaman di tengah keterbatasan lahan kota.

“Dengan yang seperti tadi saya contohkan, ada mbahku sedo (meninggal), mbahku wes suwi (sudah lama meninggal), ada abahku sedo (meninggal), ya dimakamkan di situ. Jadi, bukan sendiri-sendiri,” katanya.

Ketika ditanya apakah sistem itu berarti satu liang digunakan untuk beberapa anggota keluarga, Eri Wali Kota Surabaya membenarkan. “Iya, satu liang,” tandasnya. (lta/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Surabaya
Selasa, 28 Oktober 2025
27o
Kurs