Sabtu, 15 November 2025

Kemenkes Jadikan Jawa Timur Pilot Project Deteksi Dini TBC

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan (Menkes) ketika menjadi pembicara dalam acara Ceramah Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Foto: Istimewa

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjadikan Jawa Timur bersama tujuh provinsi lainnya, sebagai pilot project One Stop Service (OSS) dalam mempercepat deteksi dini penyakit tuberkulosis (TBC).

Hal itu disampaikan Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan (Menkes) ketika menjadi pembicara dalam acara Ceramah Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Minggu (9/11/2025).

Budi bilang, Program Deteksi Dini TBC tersebut masih dalam tahap uji coba awal yang sudah berjalan di delapan puskesmas seperti di Bandung, Bogor dan juga Semarang.

Layanan baru itu memungkinkan pemeriksaan TBC dilakukan langsung di puskesmas atau klinik tanpa perlu laboratorium besar dengan tujuan mendeteksi penyakit lebih awal.

Menkes menjelaskan, Program OSS merupakan inovasi layanan yang menggabungkan rontgen dada, nPOCT, dan Tes Cepat Molekuler (TCM) dalam satu paket pemeriksaan.

”Tahun ini kami mulai pilot project di 100 puskesmas. Masyarakat bisa langsung cek di tempat, tidak perlu menunggu lama hasil lab,” jelasnya.

Kemudian, Budi menegaskan, upaya mendeteksi dini penyakit tersebut sangat diperlukan di Indonesia. Sebab TBC masih menjadi penyakit menular paling mematikan di Indonesia, dengan sekitar 1 juta kasus baru dan 136 ribu kematian setiap tahun.

”Pak Presiden Prabowo ingin sekali kasus TBC bisa segera diturunkan. Caranya, kita harus cepat skrining dan cepat berikan pengobatan,” tuturnya.

Sementara itu, delapan provinsi yang segera menjadi pilot project adalah Jawa Barat yang tercatat memiliki 234.380 kasus, kemudian Jawa Timur dengan 116.538 kasus, Jawa Tengah 107.488 kasus, dan Sumatera Utara 74.297 kasus.

Selanjutnya, DKI Jakarta dengan 70.258 kasus, Banten dengan 50.298 kasus, Sulawesi Selatan dengan 45.472 kasus, serta Nusa Tenggara Timur dengan 17.928 kasus.

Budi menuturkan, puskesmas dipilih sebagai lokasi program layanan skrining TBC terpadu karena dinilai lebih efektif dibandingkan di rumah sakit umum daerah.

Dengan begitu, masyarakat lebih mudah menjangkau layanan guna mendeteksi dini penularan penyakit tersebut.

“Permasalahan TBC ada pada fase pendeteksian atau skrining. Jika dengan alat TCM dan juga program tersebut mampu mendeteksi pasien yang tertular secara dini dan akurat, maka proses penyembuhan pasien akan lebih mudah karena obat TBC juga sudah tersedia,” pungkas Budi.(wld/saf/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Sabtu, 15 November 2025
31o
Kurs