Pemerintah Amerika Serikat (AS) dijadwalkan kembali beroperasi pada, Kamis (13/11/2025) waktu setempat, setelah mengalami shutdown terpanjang dalam sejarah, yang berlangsung selama 43 hari.
Krisis itu sempat mengacaukan layanan publik, menghambat penerbangan, memotong bantuan pangan bagi warga berpendapatan rendah, dan membuat lebih dari 1 juta pegawai federal bekerja tanpa digaji selama lebih dari sebulan.
Tapi, meski pemerintahan kembali berjalan, perpecahan politik yang memicu shutdown tersebut tetap belum terselesaikan.
Melansir Reuters, Jumat (14/11/2025), paket pendanaan yang disepakati dinilai tidak memberi batasan kuat untuk mencegah Donald Trump Presiden AS menahan belanja pemerintah, sesuatu yang sudah beberapa kali dilakukan dalam pemerintahannya.
Kesepakatan itu juga belum mencakup penyelesaian terkait subsidi kesehatan yang segera kedaluwarsa, isu yang sebelumnya menjadi pemicu Partai Demokrat menolak anggaran sehingga terjadilah shutdown.
Selain itu, shutdown ini turut menonjolkan perbedaan sikap internal Partai Demokrat. Basis liberal mendesak para pemimpinnya lebih keras mengimbangi Trump, sementara kelompok moderat menilai ruang gerak mereka terbatas selama Partai Republik menguasai Kongres. Chuck Schumer Pemimpin Minoritas Senat bahkan menghadapi desakan mundur meski ia menolak kesepakatan tersebut.
Pegawai Federal Mulai Terima Gaji Tertunda
Sekitar 1,4 juta pegawai federal yang bekerja tanpa gaji mulai menerima pembayaran kembali pada, Sabtu (15/11/2025) besok, dan seluruh pembayaran akan tuntas pada Rabu pekan depan, menurut Gedung Putih.
Pemerintahan Trump sebelumnya mengancam menahan sebagian gaji tersebut, namun hingga kini tidak ada indikasi hal itu dilakukan.
“Saya senang bisa bertemu lagi dengan rekan-rekan kerja. Saya membawa sedikit kue untuk kami nikmati di hari pertama kembali bekerja,” ujar Stanley Stocker pegawai Departemen Dalam Negeri AS.
Trump sempat memecat beberapa ribu pegawai selama shutdown, namun kesepakatan yang membuka kembali pemerintah mewajibkan seluruh pemecatan itu dibatalkan dalam lima hari.
Upaya pemangkasan pegawai yang menjadi agenda besar Trump juga ditunda hingga akhir Januari. Ia tetap berada di jalur untuk mengurangi jumlah pegawai sipil sebesar 300.000 orang hingga akhir tahun dari total 2,2 juta pegawai.
Sistem penerbangan nasional juga kembali berangsur normal setelah ribuan penerbangan dibatalkan akibat banyaknya petugas pengatur lalu lintas udara yang tidak masuk kerja.
Untuk menghargai dedikasi pekerja, Departemen Keamanan Dalam Negeri akan memberikan bonus USD 10.000 kepada petugas keamanan bandara yang mengambil shift tambahan selama shutdown.
Departemen Pertanian menyatakan bahwa sebagian besar negara bagian akan menerima dana SNAP (program bantuan pangan) dalam waktu 24 jam, sehingga 42 juta warga yang mengandalkan subsidi itu tidak lagi terancam.
Beberapa museum besar Smithsonian di National Mall akan dibuka kembali pada Jumat, sementara Kebun Binatang Nasional dan fasilitas lain dijadwalkan buka pada Senin.
Ancaman Shutdown Berikutnya
Pemulihan ini bisa berlangsung singkat karena kesepakatan hanya mendanai pemerintah hingga 30 Januari, yang berarti shutdown dapat terulang awal tahun depan.
Survei Reuters/Ipsos menunjukkan 50 persen warga AS menyalahkan Partai Republik, sementara 47 persen menyalahkan Partai Demokrat, sehingga tidak ada pihak yang tampil sebagai pemenang jelas dalam krisis ini.
Shutdown kali ini juga berbeda karena minimnya perdebatan soal utang nasional AS yang telah mencapai USD 38 triliun dan masih diprediksi tumbuh USD 1,8 triliun per tahun.
Shutdown panjang ini menghambat rilis berbagai data ekonomi penting, membuat investor dan bank sentral AS (The Fed) bekerja tanpa informasi akurat mengenai kondisi ekonomi terkini. Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett bahkan menyebut data tingkat pengangguran Oktober mungkin tidak akan pernah tersedia.
Krisis ini juga menekan kepercayaan konsumen menjelang musim belanja akhir tahun. Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan shutdown menunda sekitar USD 50 miliar belanja dan menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) AS sebesar 1,5 poin persentase.
Meski sebagian besar dampak diperkirakan pulih, sekitar USD 14 miliar aktivitas ekonomi dipastikan hilang permanen. Administrasi Bisnis Kecil AS (SBA) mengatakan shutdown menahan pencairan pinjaman senilai USD 5,3 miliar bagi 10.000 pelaku usaha kecil. (bil/ipg)
NOW ON AIR SSFM 100
