Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan, Senin (24/11/2025) pagi di Jakarta, bergerak menguat 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.706 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.716 per dolar AS.
Lukman Leong analis mata uang Doo Financial Futures mengatakan nilai tukar rupiah berpotensi menguat seiring kekhawatiran bubble Artificial Intelligence (AI) atau gelembung spekulatif di pasar saham AS yang membaik.
“Rupiah diperkirakan berpotensi menguat terhadap dolar AS oleh sentimen pasar yang membaik dari kekhawatiran bubble AI,” ucapnya seperti dilansir Antara.
Dia menerangkan bahwa banyak valuasi perusahaan mengalami lonjakan harga saham dan valuasi pasar yang sangat besar karena antusiasme investor terhadap AI. Bahkan, lanjutnya, beberapa dari perusahaan tersebut merupakan startup yang masih merugi dengan nilai valuasi fantastis.
Kenaikan harga sama juga terjadi terhadap saham-saham non teknologi, yang menunjukkan adanya kepercayaan pasar berlebihan di bursa saham.
Saat ini, kata dia, pasar saham sudah mengalami banyak koreksi (penurunan harga). Namun, investor masih ragu antara koreksi yang lebih besar atau melanjutkan kenaikan.
“Apabila bubble pecah, hal ini akan menyebabkan sentimen risk off besar yang dampaknya akan meluas ke seluruh dunia, sentimen ini akan membuak investor menghindari aset dan mata uang berisiko,” ungkap Lukman.
“Sentimen saat ini adalah risk on. Saham-saham di AS ditutup positif dan Asia pada umumnya juga naik, ujar dia.
Di samping itu, sentimen negatif juga muncul seiring penurunan prospek pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) yang semakin membatasi penguatan kurs rupiah.
“Kemungkinan pemangkasan di bulan Desember hampir pasti mendekati 100 persen, kemudian menurun sempat di bawah 50 persen, sekarang berkisar 60 persen-an,” kata Analis mata uang Doo Financial Futures.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah diperkirakan berkisar Rp16.660-Rp16.750 per dolar AS. (ant/bil/iss)
NOW ON AIR SSFM 100
