Young Buddhist Association (YBA) bersama Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) melepaskan ribuan satwa (fangsheng) di kawasan Mangrove Gunung Anyar, Surabaya.
Edwin Kamijaya perwakilan Young Buddhist Association mengatakan, fangsheng menjadi wujud praktik welas asih yang dilakukan secara bijak dan berbasis ilmu pengetahuan. “Hal ini sekaligus mendukung upaya restorasi lingkungan hidup dan kebersihan sungai,” katanya, Minggu (14/12/2025).
Fangsheng, kata dia, tidak boleh dimaknai secara seremonial semata, karena menekankan pentingnya tanggungjawab terhadap lingkungan.
“Fangsheng mengajarkan penghormatan terhadap seluruh makhluk hidup. Namun di era krisis lingkungan, fangsheng harus dilakukan secara bertanggungjawab dan berbasis ilmu, agar benar-benar memberi manfaat bagi alam dan tidak menimbulkan dampak ekologis baru,” jelasnya.
Melalui Fangsheng, pihaknya ingin mendorong gerakan yang lebih sadar lingkungan, sekaligus mengajak umat dan masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian alam.
Sementara itu, Prigi Arisandi pendiri sekaligus peneliti senior Ecoton mengatakan bahwa kawasan mangrove Gunung Anyar memiliki peran strategis sebagai penyangga pesisir Surabaya dari abrasi, pencemaran, dan dampak perubahan iklim.
Dalam pelepasan satwa, ia juga menyatakan pentingnya memastikan ketepatan lokasi dan jenis satwa yang dilepas.
“Ekosistem mangrove adalah habitat yang sangat spesifik. Biota yang dilepas harus sesuai dengan karakter ekosistemnya agar dapat bertahan hidup dan menjalankan fungsi ekologisnya, seperti menjaga rantai makanan, mengendalikan populasi organisme lain, dan memperkuat ketahanan pesisir,” jabarnya.
Ia mengatakan, dengan berpartisipasi dalam Fangsheng, masyarakat turut berkontribusi langsung dalam menjaga kelestarian lingkungan dan masa depan ekosistem pesisir Surabaya. Pihaknya berharap, langkah tersebut bisa menyeimbangkan alam, mencegah bencana secara ekologis, serta menanam karma baik bagi kehidupan.
Seperti diketahui, dalam fangsheng tersebut, satwa yang dilepasliarkan yakni ikan kutuk dan belut dengan total berat 90 kg, kepiting bakau 189,27 kg, biawak 109 kg, kol nenek 3,5 kg, ular python 1 ekor, serta bulus dan kura-kura 3 ekor. (ris/saf/ham)
NOW ON AIR SSFM 100
