Minggu, 28 Desember 2025

Mendengar Gresik dari Suara yang Pelan: Pesan dari 2025 untuk 2026

Laporan oleh Eddy Prastyo
Bagikan

Sejak awal berdiri, Suara Surabaya Media tidak pernah memposisikan diri sebagai pengeras suara kekuasaan. Kami memilih peran yang lebih sunyi, tapi menentukan. Menjadi hub. Menjadi simpul. Menjadi titik tumpu komunikasi kewilayahan yang memungkinkan warga, pemerintah, dan ruang publik saling terhubung dalam percakapan yang masuk akal. Di titik inilah kepercayaan tumbuh. Bukan karena kami paling lantang, melainkan karena kami mau mendengar.

Kami juga menyadari sepenuhnya, suara dari Gresik tidak selantang Surabaya. Tidak sepadat Sidoarjo. Percakapannya lebih pelan. Partisipasinya lebih hemat kata. Namun bagi redaksi, sunyi bukan berarti absen. Pelan bukan berarti tidak penting. Justru di wilayah wilayah dengan suara yang tidak meledak, sering tersimpan persoalan yang berjalan lama tanpa sorotan. Dan di sanalah kehadiran media diuji. Apakah hanya hadir di pusat keramaian, atau juga setia di ruang ruang yang tidak ramai, tapi nyata dalam kehidupan warganya.

Di Gresik, pendekatan itu kami rawat dengan cara yang berbeda. Tidak dengan gebyar. Tidak dengan klaim besar. Kami memilih membuka telinga. Menghimpun suara. Membaca yang terucap, sekaligus yang tersirat. Karena sering kali, problem kota tidak datang dengan teriakan. Ia hadir pelan, berulang, dan lama lama melelahkan.

Dari masukan publik yang masuk, tim redaksi menangkap satu nada yang konsisten. Bukan amarah yang meledak. Melainkan keletihan yang ditahan. Warga Gresik tidak sedang ingin viral. Mereka ingin beres. Ingin jalan yang aman dilewati. Ingin banjir tidak menjadi rutinitas. Ingin kota tertib dari lalu lintas kendaraan berat yang masuk tanpa kendali. Nada ini penting dibaca, karena di sanalah suara batin publik berdiam.

Riset ini kami lakukan bukan untuk membuktikan siapa benar atau salah. Tujuan redaksi sederhana dan jujur. Membaca sinyal awal persoalan kota dari suara warga yang bersedia berbagi pengalaman. Menyusun peta masalah prioritas sebagai bahan percakapan bersama. Antara warga, pemerintah, dan semua pihak yang punya kepentingan atas Gresik.

Secara metodologis, riset ini berbasis partisipasi publik. Terkumpul 51 entri keluhan warga dari question box IG Story yang dirilis 26 Desember 2025 selama 24 jam. Setiap entri dibaca sebagai satu unit pengalaman. Kami menggunakan pendekatan campuran. Kuantitatif untuk menghitung frekuensi isu yang muncul. Kualitatif untuk membaca makna, emosi, dan keterkaitan antar persoalan. Satu catatan penting perlu disampaikan sejak awal. Data ini tidak dimaksudkan sebagai representasi statistik seluruh warga Gresik. Ia bukan survei populasi. Ia adalah pembacaan awal. Early signal. Penunjuk arah.

Dari pengolahan data tersebut, muncul tiga masalah utama yang paling sering disebut warga. Pertama, jalan rusak dan berlubang. Isu ini muncul pada sekitar 37 persen entri. Jalan tidak hanya dipersepsikan sebagai infrastruktur fisik, tetapi sebagai penentu rasa aman dan kelancaran hidup sehari hari. Kedua, banjir dan buruknya drainase, juga muncul pada kisaran 37 persen. Banjir tidak lagi dibaca sebagai peristiwa alam semata, tetapi sebagai kegagalan sistem yang berulang. Ketiga, persoalan truk berat dan lalu lintas kota, sekitar 22 persen. Warga merasakan langsung dampaknya, dari kemacetan hingga kerusakan jalan yang semakin cepat.

Yang menarik, banyak warga tidak menyebut masalah ini secara terpisah. Jalan rusak sering muncul bersamaan dengan banjir. Jalan rusak juga kerap dikaitkan dengan lalu lintas truk berat. Ini menunjukkan cara pandang warga yang sistemik. Mereka tidak melihat persoalan sebagai proyek dinas yang berdiri sendiri. Mereka melihatnya sebagai rantai sebab akibat dalam tata kelola kota.

Secara kualitatif, suara batin warga memuat tiga lapis utama. Pertama, kelelahan karena masalah yang berulang dari tahun ke tahun. Kedua, perasaan kurang didengar, tercermin dari pilihan kata seperti mohon diperhatikan, sudah lama, atau parah. Ketiga, harapan akan solusi permanen, bukan tambal sulam. Dalam beberapa entri, bahkan muncul kecurigaan pada tata kelola, menyebut soal visi, program, hingga dugaan praktik tidak sehat. Meski jumlahnya kecil, sinyal ini tidak bisa diabaikan, karena ia menyentuh akar kepercayaan publik.

Dari sini, redaksi melihat kebutuhan akan respons yang tidak reaktif. Untuk Pemerintah Kabupaten Gresik, rekomendasinya jelas dan terukur. Penanganan jalan, drainase, dan lalu lintas kendaraan berat perlu dibaca sebagai satu ekosistem kebijakan. Bukan fragmen terpisah. Quick wins diperlukan, agar warga merasakan kehadiran negara di ruang hidup mereka. Di saat yang sama, perbaikan sistemik harus berjalan. Dari penataan jam operasional truk, peningkatan kualitas konstruksi jalan, hingga tata kelola drainase yang berbasis titik rawan genangan, bukan sekadar pembagian anggaran merata.

Untuk warga, partisipasi tidak berhenti pada keluhan. Suara yang masuk adalah bentuk kepercayaan. Ia akan bermakna jika terus dijaga, dikawal, dan diperdalam. Bukan dengan kemarahan, tetapi dengan konsistensi. Warga yang bersuara dan pemerintah yang mau mendengar adalah dua sisi yang saling membutuhkan.

Di akhir catatan ini, izinkan kami menyampaikan satu refleksi. Data yang sedikit bukan alasan untuk menutup telinga. Justru sering kali, perubahan besar berawal dari suara kecil yang dibaca dengan jujur. Keluhan publik bukan ancaman bagi pemerintah. Ia adalah undangan untuk memperbaiki. Pertanyaannya tinggal satu. Apakah undangan itu akan dijawab sekarang, atau menunggu hingga suara pelan ini berubah menjadi krisis yang tak lagi bisa diabaikan.

Redaksi memilih percaya. Bahwa Gresik masih punya ruang untuk mendengar. Dan bahwa percakapan yang jujur selalu menjadi fondasi kota yang sehat.

Eddy Prastyo | Editor in Chief | Suara Surabaya Media

“Suara Pelan, Masalah Nyata.”

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Minggu, 28 Desember 2025
27o
Kurs