Sabtu, 18 Mei 2024

Aktivitas Batik Tulis di Jetis Mandeg Karena Banjir

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Air masuk ke toko Amri Jaya Batik milik Fatkhurrotin, warga Kampung Jetis pengusaha batik, Selasa (9/2/2016). Banjir menyebabkan penjualan batik tulis di tiga tokonya menurun. Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net

Sebagian besar perajin batik di Kampung Jetis, Kecamatan Sidoarjo, meliburkan aktivitasnya hingga hari ini akibat banjir yang meluas di Sidoarjo sejak Sabtu (6/2/2016) lalu.

Padahal biasanya, hampir setiap hari, sebagian besar warga di kampung ini mengerjakan batik tulis khas Sidoarjo. Beberapa perajin meyakini, banjir kali ini adalah yang terparah selama ini.

Fathkurrotin pemilik tiga toko batik tulis di Jalan Pasar, Kelurahan Jetis ini mengakui bahwa banjir kali ini memang cukup berdampak terhadap penjualan.

“Biasanya ada aja pesanan. Ya, minimal lima sampai sepuluh. Tiga hari ini sepi. Belum ada batik yang keluar,” katanya ketika ditemui suarasurabaya.net di Toko Amri Jaya Batik, miliknya, Selasa (9/2/2016).

Dia membenarkan banjir kali ini adalah yang terparah selama dia menjalankan batik tulis warisan dari keluarga suaminya yang sudah turun temurun sejak tahun 1985.

“Biasanya jalan di depan ini kalau banjir cepat surut. Kemarin sempat surut, tapi datang lagi banjirnya karena hujan deras,” ujarnya.

Banjir kali ini juga masuk ke salah satu tokonya, Amri Jaya Batik. Meski tidak terlalu tinggi, setidaknya air dalam toko cukup untuk membuat pengunjung enggan datang. Belum ditambah debit air di jalan depan toko yang masih setinggi paha orang dewasa.

Selain tiga toko, Fatkhurrotin juga memiliki sebuah workshop di rumahnya, Jalan Jetis Gang I. Namun, sudah tiga hari ini semua karyawan terpaksa dia liburkan.

“Kecuali yang menggambar. Soalnya kalau pewarnaan, pas banjir begini bingung mau buang limbah warnanya ke mana. Jadi untuk bagian pewarnaan (celup) saya liburkan,” katanya.

Dia pun membatasi pesanan dari pelanggannya. Kalau tidak menolak, setidaknya dia menyatakan kepada si pemesan proses pembuatan batik akan memakan waktu lebih lama, karena menunggu air surut.

Hal yang sama juga dialami oleh Munif, penjahit pakaian batik di Jalan Jetis Gang III. Banjir kali ini membuatnya tidak bisa mengerjakan jahitan.

“Kalau kerugian saya tidak bisa menyebutkan. Biasanya sehari ya, minimal tiga baju bisa saya kerjakan. Kalau banjir seperti sekarang, ya saya tidak bisa mengerjakan jahitan,” ujarnya.

Apalagi, akhir-akhir ini Munif yang sudah berusia lebih dari setengah abad, mengerjakan semua pesanan jahitan baju sendirian. Menurutnya, pesanan batik sekarang memang semakin sepi.

“Ramenya ya sekitar tiga tahun lalu, saat pemerintah mempromosikan batik besar-besaran,” katanya.

Para perajin batik tulis Jetis, Sidoarjo, sebenarnya sudah terbiasa dengan banjir. Setiap tahun, banjir selalu mampir ke kampung ini. Tapi air yang datang tiga hari ini agaknya berbondong-bondong. Hingga Selasa sore, ketinggian air di kampung ini masih setinggi lutut orang dewasa.

“Saya tidak bisa berharap apa-apa soal banjir, kepada pemerintah. Di sini memang langganan banjir setiap musim hujan. Tapi ini memang yang terparah selama ini,” kata Munif. (den/ipg)

Teks Foto:
– Banjir di Kampung Batik Jetis setinggi paha orang dewasa. Di beberapa gang ada yang setinggi lutut.
Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya
Surabaya
Sabtu, 18 Mei 2024
26o
Kurs