Sabtu, 25 Mei 2024

Dolar Masih Tak Menentu, Pengusaha Disarankan Alihkan Impor dari AS ke Negara Lain

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Renald Khasali Founder Rumah Perubahan sebagai pembicara Suara Surabaya Economic Forum (SSEF) 2019, di Grand City Convex Surabaya, Rabu (5/12/2018). Foto: Pramudita Suara Surabaya Media

Rhenald Kasali Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia menyarankan pelaku usaha yang masih banyak mengimpor barang dari Amerika Serikat, untuk mulai mencari alternatif ke negara lain.

“Donald Trump itu tindakannya random. Kita masih was-was sampai dua tahun lagi saat masa jabatan Trump habis,” kata Rhenald saat dihubungi suarasurabaya.net, Senin (24/12/2018).

Hal ini menyusul polemik suku bunga The Fed, bank sentral AS yang dapat berpengaruh pada nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara lain.

Untuk diketahui, The Fed (bank sentral AS) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu (19/12/2018) lalu. Kenaikan suku bunga ini akan berdampak pada nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara lain.

Jika The Fed menaikkan suku bunga, dolar yang dibawa keluar AS akan pulang kandang. Hal ini membuat supply dolar berkurang dan semua mata uang asing tertekan.

Donald Trump Presiden AS yang menginginkan suku bunga tetap rendah–agar inflasi di AS tetap rendah, baru-baru ini bahkan dikabarkan marah dan akan memecat Jerome Powell Gubernur The Fed.

Tidak jelas seberapa besar otorisasi hukum yang dimiliki Trump untuk bisa memecat Powell. Undang-Undang The Fed mengatakan bahwa para gubernur dapat “dihilangkan karena alasan Presiden.”

Namun, sejumlah pihak memperkirakan Trump tidak akan benar-benar melakukannya karena mempertimbangkan kepercayaan pasar uang terhadap independensi bank sentral akan terganggu.

Sementara, fluktuasi nilai tukar dolar AS, kata Rhenald, sebenarnya tidak terlalu berpengaruh pada kenaikan harga barang di Indonesia.

“Rata-rata impor Indonesia menggunakan kontrak jangka panjang. Kebanyakan juga dari China. Indonesia memang memiliki perjanjian empat negara bersama China, Jepang, dan Thailand,” ujarnya.

Selain itu, semakin meratanya infrastruktur di Indonesia, menurut Rhenald, juga mendukung rendahnya inflasi.(iss/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Surabaya
Sabtu, 25 Mei 2024
32o
Kurs