Jumat, 26 April 2024

Era Everybody’s Economy, Semua Punya Kesempatan Jadi Kreator Konten

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan

Akhyari Hananto, pemerhati industri kreatif mengatakan, saat ini dunia sedang dihadapkan pada kondisi ekonomi “everybody’s economy”. 

Pada era ini, kata Akhyari, semua orang punya kesempatan yang sama untuk memenangkan kontestasi ekonomi.

Everybody’s economy ini ekonominya semua orang. Semua punya kesempatan yang sama untuk memenangkan era ini, yang penting bisa menyalurkan kreativitas, mengikuti tren dan menggunakan teknologi secara bijak,” terang Ari, sapaan akrabnya, dalam program Wawasan di Radio Suara Surabaya, Rabu (6/10/2021).

Dia menjelaskan, era everybody’s economy ini dapat dimanfaatkan oleh mereka yang tidak secara spesifik memiliki kekuatan fisik, kepemilikan lahan, kepemilikan modal dan pengetahuan, namun memiliki kreativitas.

Kreativitas ini yang kemudian didukung oleh teknologi internet sehingga memunculkan peluang untuk menjadi kreator konten.

Ari bilang, dalam menjadi kreator konten salah satu kuncinya yaitu menarik perhatian audiens.

“Pada dasarnya ini dunia yang sangat luas spektrumnya, kalau kita bilang gak punya kreativitas, itu tinggal belum digali saja,” terangnya.

Di Indonesia, peluang untuk menjadi kreator konten terbuka lebar yang disebabkan oleh dua faktor yaitu jumlah anak muda Indonesia cukup besar dan yang kedua Indonesia jadi salah satu negara dengan pengguna internet aktif terbanyak.

“Ini momentum besar. Siapa yang gak mau mendapatkan penghasilan stabil? Yang penting bagaimana ini agar bisa di-manage, stabil, sustainable dan growing. Secara umum konten kreator sudah bagus tinggal bagaimana bisa scale up,” imbuhnya.

Dokter Decsa Medika Hertanto, salah satu kreator konten di bidang medis yang punya pengikut sekitar 87.500 di Instagram, juga tertarik untuk melebarkan sayapnya di dunia kreatif ini.

Sebagai dokter, dia berkewajiban untuk melaksanakan kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.

Namun yang selama ini dilakukannya adalah promotif dan prefentif, sementara dua lainnya belum optimal dilakukan.

Hingga di awal tahun 2020 lalu, dia harus kehilangan temannya yang meninggal karena Covid-19.

“Saya merenung apa yang bisa saya lalukan lagi selain merawat pasien saya. Kenapa gak saya bikin konten tentang kesehatan utamanya utamanya tentang promotif dan prefentif di dunia kesehatan, bertepatan saya merawat teman saya yang meninggal itu,” ungkap Dokter Decsa saat dihubungi secara terpisah.

Dia pun kemudian secara rutin membagikan konten tentang edukasi Covid-19 di Instagramnya.

Konten awal yang dibuat oleh dokter Decsa waktu itu adalah untuk menangkal isu antibodi bisa diminum.

“Ada youtuber yang mewawancarai praktisi kesehatan yang bisa meminum ramuan yang ada antibodinya,” kenangnya.

Postingan ini kemudian dibanjiri respon yang beragam dari rekan seprofesinya, hingga lama kelamaan akunnya bertumbuh dan mendatangkan banyak followers.

Sementara menurut Profesor Rhenald Kasali, pendiri program Doktor Ilmu Strategi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, pembuat konten kebanyakan bekerja secara independen.

Selama pandemi Covid-19 2020 saja, pendaftaran content creator di SociaBuzz meningkat hingga tiga kali lipat.

Bahkan, saat ini content creator sudah menjadi pekerjaan yang menjanjikan karena bisa menghasilkan pendapatan.

Baik melalui sponsor maupun iklan (advertising) berdasarkan jumlah penonton atau pengikut.

“Salah satu pilihan yang cukup besar adalah menjadi content creator dan mereka sangat diminati, baik sebagai artis, narsum, maupun supporter. Tenaga ini sangat dibutuhkan dan jumlahnya sangat banyak,” katanya.

Rhenald mengatakan, saat ini menjadi penyedia atau pembuat konten adalah pekerjaan yang punya peluang ekonomi yang besar.

Sebabnya, pekerjaan ini bisa menampung anak-anak muda untuk terus berkreasi selama pandemi.

Di sisi lain, menjadi content creator juga menjadi tantangan, karena membuat konten tidak semudah seperti dibayangkan.

Jika kurang mengetahui strategi dan kurang berkreasi, maka akan sedikit penonton dan pengikut yang terjaring.

Hal itu membuat potensi konten untuk menghasilkan keuntungan juga semakin kecil.(dfn/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
30o
Kurs