Kamis, 9 Mei 2024

Ekonom Optimistis Indonesia Mampu Mengatasi Ancaman Krisis Global

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan

Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian mengatakan, Indonesia akan terbebas dari ancaman ‘awan hitam’ perekonomian tahun 2023.

Menurutnya, tahun 2023 menjadi momen pertaruhan perekonomian Indonesia untuk melesat lebih baik lagi.

“Tahun depan adalah pertaruhan Indonesia, karena kalau kita bisa menangani tantangan yang ada, maka Indonesia bisa lepas landas ke level berikutnya. Karena, dua tahun terakhir kita bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19. Tinggal tahun depan lagi kita harus bisa bertahan, dan pada saat itu tidak banyak juga negara yang bisa take off seperti Indonesia,” ujarnya di Jakarta, Senin (12/12/2022).

Berdasarkan data yang dipegang Airlangga, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal ketiga berhasil menembus angka 5,72 persen (yoy), penurunan inflasi hingga ke titik 5,42 persen (yoy) pada November 2022, cadangan devisa positif, neraca perdagangan mengalami surplus selama 30 bulan berturut-turut.

Fahmi Radhi Ekonom Universitas Gadjah Mada menilai, tahun depan Indonesia masih akan merasakan windfall dari komoditas energi.

“Saya kira perang Rusia-Ukraina belum akan berakhir, dan negara-negara Eropa yang tidak bisa menggunakan gas dari Rusia tapi akan kembali menggunakan batubara. Nah, itu jadi pasar baru bagi Indonesia. Termasuk pertambangan lainnya seperti nikel, saya kira hilirisasi sudah cukup berjalan dengan baik. Sehingga ekspor nikel nilai tambah lebih tinggi dibanding biji nikel, itu juga akan menjadi pemasukan devisa yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi,” jelasnya kepada wartawan, Selasa (13/12/2022).

Kemudian, dia yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap ditopang kuatnya ekonomi domestik.

“Dengan PE yang tetap dicapai sekitar 5,2 persen tahun 2023, itu saya kira akan memicu daya beli rakyat, konsumen Indonesia, dengan naiknya daya beli konsumen yang selama ini jadi tulang punggung. Jadi, pertumbuhan ekonomi akan terjaga. Saya optimistis 2023 ada pertumbuhan ekonomi, inflasi rendah dan nilai tukar Rupiah cukup bagus,” ungkapnya.

Mengenai peluang ekspor ke luar negeri, Fahmi mengatakan masih ada peluang. Walau negara-negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan Jepang, mengalami perlambatan, tapi masih ada peluang untuk ekspor karena mereka belum jatuh ke jurang krisis.

Sementara itu, Mohammad Faisal Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengungkapkan ekonomi domestik akan berperan penting menopang perekonomian Indonesia tahun depan di tengah kelesuan ekonomi global.

Indonesia diprediksi mampu bertahan pada fase suram tersebut, meski mengalami pelambatan pertumbuhan.

“Karena ekonomi domestiknya, konsumsi dalam negerinya masih bagus. Menurut saya, itu yang menopang pertumbuhan. Tapi, ada tekanan global, itu yang sedikit mereduksi pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkapnya.

Menurut Faisal, ekonomi Indonesia kemungkinan tetap terdampak kondisi ekonomi global lewat perdagangan ataupun investasi. Tapi, tidak separah yang terjadi di negara ASEAN lain seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura.

“Pelambatan ekonomi akan banyak disebabkan oleh neraca perdagangan. Karena kami prediksikan net ekspor yang tahun ini dan khususnya pada tahun 2021-2022 tinggi sekali, dan itu menopang pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5 persen. Jadi, kami prediksikan sampai 5 persen di tahun ini, di tahun depan itu sudah mulai menipis ekspor bersihnya,” sebutnya.

Dia menambahkan, ekspor bersih (net export) memang berkurang besaran nilainya, tapi masih surplus. Pengurangan itu dipengaruhi perlambatan ekonomi global.

Di sisi lain, harga beberapa komoditas yang sempat menikmati windfall profit juga mengalami penurunan. Komoditas energi yang sebelumnya menjadi andalah ekspor juga mengalami pelambatan.

“Dan ada juga efek dari harga komoditas yang sudah mulai turun. Juga terutama yang non energi yang menjadi andalan. Harga komoditas andalan kita yang non energi itu ada sedikit perlambatan,” tambahnya.

Hal itu yang mengakibatkan ekspor bersih Indonesia mengalami penyempitan dan otomatis berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi tahun depan.

“Itu yang kemudian menyebabkan net ekspornya menyempit otomatis juga kontribusi terhadap pertumbuhan ekonominya itu juga berkurang,” pungkasnya.(rid)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 9 Mei 2024
28o
Kurs