Jumat, 26 April 2024

Harga Minyak Asia Naik, Dipicu Perkiraan Pasokan Jelang Sanksi Rusia

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi fasilitas produksi minyak Rusia di Vankorskoye, Siberia. Foto: Antara

Harga minyak mentah berjangka naik di awal perdagangan Asia pada Senin (24/10/2022) pagi, karena ekspektasi pasokan yang lebih ketat secara global menjelang sanksi Uni Eropa terhadap minyak Rusia.

Harga minyak mentah berjangka Brent terangkat 54 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 94,04 dolar AS per barel pada pukul 01.25 GMT. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 51 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 85,56 dolar AS per barel.

Brent sebelumnya membukukan kenaikan 2,0 persen minggu lalu, karena dolar yang lebih lemah dan harapan pelonggaran pembatasan Covid-19 di China memungkinkan permintaan konsumen minyak nomor dua dunia itu akan pulih.

Gangguan pasokan minyak global diperkirakan terjadi ketika larangan Uni Eropa atas impor Rusia mulai berlaku pada 5 Desember 2022 mendatang. Kelompok ini juga berencana untuk memblokir impor produk minyak Rusia pada Februari tahun depan.

Sentimen sedang dibangun di dalam Federal Reserve (Fed) untuk kemungkinan mengurangi kecepatan atau ukuran kenaikan suku bunga di masa depan, bahkan saat bersiap untuk menaikkan suku bunga pada awal November 2022.

Perlambatan kenaikan suku bunga Fed dapat mengurangi kekuatan dolar AS yang telah membebani harga-harga komoditas. Dolar yang lebih lemah, membuat komoditas berdenominasi dolar seperti minyak lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

Sementara itu, pada Minggu (23/10/2022) kemarin, Xi Jinping Presiden China mengamankan masa jabatan kepemimpinan ketiga-nya, yang belum pernah dilakukan sebelumnya dan memperkuat posisinya sebagai penguasa paling kuat di negara itu sejak Mao Zedong.

Namun, analis tidak memperkirakan akan ada perubahan signifikan dalam arah kebijakan, termasuk strategi nol-Covid milik Xi.

Minyak Brent naik minggu lalu meskipun Joe Biden Presiden AS mengumumkan penjualan sisa 15 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS. Penjualan tersebut merupakan bagian dari rekor pelepasan 180 juta barel yang dimulai pada Mei. Biden menambahkan, bahwa tujuannya adalah untuk mengisi kembali stok ketika minyak mentah AS berada di sekitar 70 dolar AS per barel.

“Pasar lebih tertarik pada pedoman untuk mengisi ulang cadangan. Komentar Biden bahwa AS hanya akan membeli minyak mentah setelah harga mencapai 70 dolar AS per barel memberikan level support yang kuat,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Di sisi lain, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co dalam sebuah laporan pada Jumat (21/10/2022) pekan lalu mengatakan, perusahaan-perusahaan energi AS menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu kedua berturut-turut, karena harga minyak yang relatif tinggi mendorong perusahaan untuk mengebor lebih banyak. (ant/bil/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
31o
Kurs