Sabtu, 20 April 2024

Harga Minyak Jatuh di Atas 1 Persen, Permintaan China Mengecewakan

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi kilang minyak. Foto: weinvest.net

Harga minyak turun lebih dari satu persen di sesi Asia pada Senin sore, setelah China menunjukkan datanya bahwa permintaan dari importir minyak mentah terbesar dunia tetap lesu pada September karena kebijakan ketat Covid-19 dan ekspor bahan bakar membatasi konsumsi.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember tergelincir satu dolar Amerika Serikat (USD) atau 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di USD 92,5 per barel pada pukul 06.09 GMT, setelah menguat 2,0 persen minggu lalu.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember diperdagangkan di USD 84,02 per barel, merosot USD 1,03 atau 1,2 persen.

Meskipun lebih tinggi dari Agustus, impor minyak mentah China pada September sebesar 9,79 juta barel per hari turun 2,0 persen di bawah tahun sebelumnya.

Data bea cukai menunjukkan pada Senin, karena penyulingan independen membatasi throughput (tingkat pengolahan kilang) di tengah margin tipis dan permintaan yang lesu.

“Pemulihan baru-baru ini dalam impor minyak tersendat pada September,” tutur analis ANZ dalam sebuah catatan yang dikutip Antara, Senin (24/10/2022).

Ia menambahkan bahwa penyulingan independen gagal memanfaatkan peningkatan kuota karena penguncian terkait Covid yang sedang berlangsung membebani permintaan.

“Ini diperburuk oleh penurunan margin kilang dan pembatasan ekspor produk,” ujar para analis.

Arab Saudi dan Rusia bersaing ketat sebagai dua pemasok utama China pada September.

Analis ING mengatakan dalam sebuah catatan, bahwa ketidakpastian atas kebijakan nol-Covid China dan krisis properti merusak efektivitas langkah-langkah pro-pertumbuhan, meskipun pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga mengalahkan ekspektasi.

Data PDB datang sehari setelah Xi Jinping mengamankan masa kepemimpinan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Minggu (23/10/2022), memperkuat posisinya sebagai penguasa paling kuat di negara itu sejak Mao Zedong.

Harga minyak Brent naik minggu lalu, meskipun Joe Biden Presiden AS mengumumkan penjualan sisa 15 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis AS. Penjualan tersebut merupakan bagian dari rekor pelepasan 180 juta barel yang dimulai pada Mei.

Biden menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk mengisi kembali stok ketika minyak mentah AS berada di sekitar USD 70 per barel.

“Komentar Biden bahwa AS hanya akan membeli minyak mentah setelah harga mencapai 70 dolar AS per barel memberikan level support yang kuat,” kata ANZ.

Perusahaan jasa energi Baker Hughes Company dalam sebuah laporan pada Jumat (21/10/2022) mengatakan, pekan lalu perusahaan-perusahaan energi AS menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu kedua berturut-turut karena harga minyak yang relatif tinggi mendorong perusahaan untuk mengebor lebih banyak.(ant/rum/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 20 April 2024
33o
Kurs